Konten [Tampil]
Bertahan Atas Sebuah Pilihan
Mencintaimu
bahkan sebelum perjumpaan kita. Itulah ketulusan cinta yang akan aku
persembahkan untukmu, Nak. Buah hati yang kami nanti. Dalam hitungan hari dan
putaran bulan. Dan semua begitu indah dan berwarna, saat pecah tangismu hadir
di dunia. Rasa-rasanya baru kemarin. Tiap pagi bermalas-malasan, jarang sekali
tidur di atas jam sembilan bahkan agenda weekend
berdua menjadi sesi romantis yang tak ketinggalan mengisi ruang waktu kami.
Tapi tahukah kau,Nak? Seolah semua berbalik. Keteraturan yang kami ciptakan
berantakan begitu saja. Mata panda dan kerempongan
pagi menjadi pengisi diary hari-hari
kami. Menjadi working moms adalah pilihanku. Ayahmu paham betul itu. Perempuan
enerjik yang tidak bisa dibatasi tembok yang bernama rumah. "Aku butuh
ruang untuk mengeksplore
kemampuanku," prinsipku kala itu. Dan ayahmu mengangguk diiringi senyum
tanda setuju.
Kau
hadir membawa cerita lain, Nak! Berada dalam kesibukanku saat ini membuatku
harus pandai manajemen waktu. Belum lagi pemberian ASI ekslusif adalah
impianku. Bukan hal mudah, karena aku harus siap ASIP sebelum masa cutiku
habis. Padahal stok menipis di usiamu menjelang 6 bulan. Drama MPASI pun
menjadi warna perjuangan kita. Delapan jam bergelut di balik meja. Sambil
menerawang sedang apakah kau di sana? Tentu bukan hal mudah, merelakanmu
berlama-lama di tempat kau habiskan waktu bersama para gurumu. Padahal aku
ingin menjadi saksi pertama akan tumbuh kembangmu. Pertemuan penuh kita hanya
hari Minggu. Dua puluh jam bukanlah waktu yang lama untuk menanamkan banyaknya
nilai-nilai dalam kharaktermu. Dan mungkin inilah jalan-jalan juang kita. Drama
demi drama kita lalui bersama. Terima kasih Sholih, kau anak hebat. Begitu pula
Ayah, laki-laki sederhana itu ringan tangan membantu. Sesi pagi adalah waktu
paling krusial bagi kami. Petualangan demi petualangan menjadi cerita esok
hari.
Ya!
Adalah sebuah keniscayaan jika dalam hidup berumah tangga akan merubah banyak
hal dalam hidup kita. Siap menikah maka siap jadi orang tua! Adalah konsekuensi
logis bahwa setiap pilihan selalu mengandung resiko. Sekecil apapun, itulah
yang disebut pilihan yang bertanggung jawab. Sebagaimana yang aku hadapi saat
ini. Memilih membesarkanmu dengan cara kami. Dan petualangan menjadi orang
tuapun dimulai. Awalnya cukup kesulitan, jauh dari kedua orang tua dan sanak
saudara. Namun tak hilang akal, teknologi dan kawan seperjuangan menjadi tempat
bertukar pikiran dan menimba ilmu. Entah
berapa puluh artikel, diksusi dan grup-grup yang aku ikuti untuk menyiapkan
diri menjadi ibu sejati. Dan salah satunya adalah pemberian ASI untuk buah
hati. Sejujurnya, aku tak kontra dengan sufor tapi selama aku bisa memberikan
yang terbaik dari Tuhan. Tentu itulah jadi prioritas yang aku lakukan. Dan
selalu ada jalan di setiap azam yang melekat. Beruntungnya, tempat kerja
memberikan kemudahkan dengan membolehkanku menjengukmu di sela jam istirahatku.
Meski harus bolak balik dari tempat kerja ke tempat kau bermain, namun semua
terbayar saat kau teguk tetesan ASI itu dengan wajah sumringah.
Nak, tahukah kau? Sejak kehadiranmu
tak ada lagi kata bermalas-malasan dalam kamus pagiku. Saat adzan Subuh
berkumandang, alat tempur di arena dapur harus sudah mulai bekerja. Karena aku
hanya punya waktu dua jam untuk menyiapkan bekal, nyuci piring atau bahkan
nyuci baju. Awalnya kesulitan, karena tak terbiasa. Ini bab tanggung jawab
sayang, atas sebuah pilihan yang kita buat. Semoga kelak kau mengerti arti dari
sebuah pilihan. Kau harus pandai menyiasati hal rumit agar terlihat lebih
sederhana. Sebagaimana yang kulakukan sekarang Nak! Mempersingkat jarak tempuh
antara tempat kita tinggal, tempatmu bermain dan tentunya tempatku berkarya
contohnya. Bisa dibayangkan betapa sibuknya aktifitas pagi kita. Jika sudah dikejar
waktu kita tak perlu bergelut dengan kemacetan jalan bukan? Hikmahnya, agenda pagi jadi lebih efektif. Pun
terbangun kerjasama yang kompak antara kita bertiga. Kau, Bunda dan Ayah.
Seseruan di pagi hari menjadi kenikmatan tersendiri kini.
Sholihah, maafkan aku jika belum bisa
membersamaimu sepanjang waktu. Namun percayalah, rasa sayang tak pernah
berkurang. Setiap kebersamaan denganmu selalu berisi cerita seru. Inilah yang
membuatku tak ingin melewatkan itu. Namun ada sedikit rasa egois dalam diri.
Karena satu dan lain hal, aku harus bekerja Nak. Maafkan aku jika belum bisa
membersamaimu di tiap waktu. Namun yakinlah, aku akan selalu menjadi manusia
pertama yang akan menyaksikan perkembanganmu. Saat kata pertamamu, saat langkah
pertamamu dan setiap hal pertama dalam hidupmu. Karena aku sangat menyayangimu.
Perlu kau ketahui Nak. Bahwa hidup kadang membawa kita pada pilihan yang
sedikit kurang menyenangkan. Namun kita bisa merubahnya menjadi suatu hal
positif yang membawa keberkahan. Aku
sadar bukanlah seorang ibu yang sempurna, tapi aku akan berusaha menjadi
manusia yang bisa kau andalkan. Menjadi pendukungmu di setiap perjuanganmu.
Itulah janjiku. Sesibuk apapun aku di luar sana, kau adalah prioritas utama. Aku
berharap kau menjadi pribadi yang membanggakan karena kharakter yang melekat
dalam dirimu Nak. Kharakter baik tentunya.
Oleh Hamimeha
.: salah satu tulisan dalam buku Antologi Wonderfull Moms..:
Posting Komentar
Posting Komentar