Konten [Tampil]
Aku, mungkin hanya salah satu mahkluk Tuhan yang menunggu momen kemeriahan ibadah di bulan Ramadan. Bisa safari masjid untuk ngabuburit menunggu bedug magrib di tabuh. Menjajali sajian menu ifthor masjid- masjid besar hingga menikmati kajian dan Aholayt Tarawih dari bermacam imam. Seru ya! Pasti.
Iktikaf, aktivitas yang berharga buatku. Selain moment ibadah bisa maksimal didukung suasana rumah ibadah yang nyaman. Perasaan memiliki kawan seperjuangan untuk melawan kantuk dan mengejar target tilawah sehingga pemandangan membaca Al quran dengan khusyuk setiap yang di sana menambah syahdu suasana malam Ramadan.
Sayangnya, kini agak berbeda.
Tak ada safari masjid. Menu ifthor lebih banyak bikinan sendiri yang rasanya entah kemana. Karena sang koki adalah pemula di bidang perdapuran.Tak ada nuansa masjid, hanya sekotak kamar atau ruang yang terus diulang seperti reff lagu.
Sejak merebaknya wabah yang berasal dari kota Wuhan yaitu Virus Corona yang sekarang disebut Covid-19. Pemerintah membuat kebijakan untuk masyarakat di rumah saja. Dalam rangka memutus penyebaran virus covid-19 ini. Bahkan di saat kesempatan Ramadan kali ini. Segala macam bentuk aktivitas yang membuat kerumunan diatur tak terkecuali dalam hal ibadah.
Sedih? Iya.
Sangat sedih.
Namun aoa boleh buat? Grafik korban akan adanya wabah ini semakin meningkat dari hari ke hari. kabarnya virus ini bermutasi sehingga menimbulkan gejala baru bagi yang orang yang terjangkit. Gejala yang hampir mirip dengan flu ini membuat kuatir sebagian besar orang. Bahkan ada guyonan, " kentut seakan lebih berwibawa sekrang daripada bersin dan batuk".
Ah, terlepas dari itu semua. Ada hal yang perlu dipahami sejak awal. Apa yang terjadi tentu ada hikmahnya. Meski dari lubuk hai terdalam ada perasaan was-was berkepanjangan. Di bulan pahala dilipat gandakan, jangan sampai kita ketinggalan. Tetap lakukan dengan maksimal.
"Khusyuk itu di hati, bukan di masjid," kata seorang ustadz di sebuah kajian yang aku dengar. Benar juga ya? Istimewa Ramadan tak berkurang hanya kaena kita di rumah saja.
Ramadan tetap bog sale pahala saat kita melakukan ibadah- ibadah di dalamnya. Memperbanyak kebaikan. Sedikit berbeda karena aktivitas tak lagi di luar, jamaah sholat tarawih di rumah saja, ngabuburitpun lebih banyak melakukan aktivitas di rumah.
Suasananya mungkin berbeda tapi Ramadan tetap istimewa.
Jadi tetap perbanyak ibadah, tilawah dan sedekah. Mendengarkan berbagai kajian meski tidak di masjid namun dunia digital memudahkan kita memilih kajian yang kita inginkan. Bertebaran kajian onlline yang dilakukan oleh berbagai instansi. Jadi tidak ada alasan karena di rumah saja Ramadan jadi berkurang maknanya.
Sobat, mari himpun keberkahan Ramadan di rumah. Lakukan dengan keluarga, mungkin inilah cara Allah agar kita lebih dekat dengan orang tua kita, pasangan dan anak-anak kita. Jika di Ramadan sebelumnya, puasa tapi masih kerja belum lagi undangan buka bersama yang padat merayap kini berganti untuk bisa lebih maksimal di rumah, membersama mereka dan menjalakan ibadah bersama di rumah saja.
Tak ada yang berkurang dari keistimewaan Ramadan, manfaatkan dan kejar dengan maksimal.
Semangat!
.:3ha.:
Posting Komentar
Posting Komentar