Konten [Tampil]
Bermain Bebas Vs Bermain Terstruktur, ulasan singkat dari jenis bermain dan tahapannya. Mana yang lebih baik?
Memahami kebutuhan anak usia dini yakni bermain. Membuat kita sebagai orang tua perlu memberikan fasilitas yang memadai. Tak harus mahal atau beli di toko mainan yang bisa menguras budget keuangan rumah tangga. Karena bermain pada dasarnya bebas saja. Zaman dulu, dengan area terbuka luas dan alam yang masih menyediakan berbagai tantangan bagi anak, secara alami telah melakukan stimulasi tumbuh kembang anak dengan bermain bebas.
Dewasa ini, perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan pembangunan membuat fasilitas yang disediakan alam menjadi terbatas. Gedung bertingkat, ruko, minimnya taman bermain membuat ruang gerak anak terbatasi.
Sehingga, peran orang tua dalam menyediakan fasilitas tersebut harus lebih diperhatikan. Pasalnya, bermain bukan sekedar aktivitas bersenang-senang saja. Meski sejatinya itu adalah dampak setelah bermain yaitu perasaan bahagia. Namun lebih daripada itu bermain memberikan banyak aspek yang mampu menstimulasi tumbuh kembang anak.
Saat bermain anak bebas melakukan apapun yang mereka ingin lakukan dan bersifat fleksibel. Sehingga tak masalah jika anak beralih dari permainan satu ke permainan lainnya. Karena dalam bermain khususnya bermain bebas lebih menekankan pada proses bukan hasil. Namun perlu dipahami bahwa bermain di setiap jenjang usia itu tak sama. Semisal permainan anak usia satu tahun berbeda dengan anak usia 3 tahun.
Tahapan Bermain
Dalam hal ini Mildred Parten menyatakan ada enam tahapan bermain pada seorang anak, yaitu:
1. Unoccupied Behaviour
Tahapan ini biasa dilakukan saat anak masih berusia bayi. Anak hanya mengamati kejadian yang menarik di sekitarnya. Jika tak ada yang menarik baginya, maka ia akan menyibukkan dirinya sendiri.
2. Onlocker Behaviour
Pada tahapan ini anak lebih menyadari keberadaan mereka di lingkungan sekitarnya. Anak akan melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain.
3. Solitary Play
Pada tahap ini anak lebih asyik dengan dirinya sendiri tetapi tidak berhubungan dengan orang lain. Mereka sibuk dengan aktivitasnya.
4. Parralel Play
Tahapan ini anak sudah bisa bermain permainan yang sama dengan teman lainnya. Akan tetapi, kebanyakan mereka lebih suka melakukan permainan terpisah dari teman yang lain. Sikap seperti ini biasanya dilakukan anak usia awal sekolah.
5. Associative Play
Pada tahap ini aspek intrapersonalnya. mulai berkembang. Anak terlibat aktif dalam interaksi sosial dengan atau tanpa peraturan. Anak mulai belajar bekerja sama. Tahapan ini biasanya dilakukan anak usia prasekolah.
6. Cooperatif Play
Pada tahap ini anak lebih matang. Mereka sudah memiliki interaksi sosial yang teratur. Mampu diajak kerja sama maupun melakukan tugas atau peran. Pun telah bisa diajak melakukan permainan yang memiliki tujuan tertentu.
Gagasan yang dijabarkan oleh Patern ini sering digunakan sebagai acuan untuk menilai kemampuan sosial anak. Dengan acuan ini dapat membantu kita dalam memberikan stimulasi perkembangan kemanpuan sosial anak. Karena dalam bermain selain untuk mencapai milestone individu anak juga penting mengasah keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Bermain Bebas Ve Bermain Terstruktur
Memahami bahwa bermain adalah kebutuhan bahkan dunia anak. Maka sudah jelas jika bermain memberikam banyak manfaat khususnya dalam merangsang tumbuh kembang anak berdasarkan sesuai usianya. Bermain dibagi menjadi dua berdasarkan target yang ingin dicapai yakni bermain bebas dan bermain terstruktur.
Bermain bebas/tidak testruktur adalah jenis permainan yang tidak terencana sering disebut juga spontaneus play atau free play. Free play ini kerap dipratikkan dalam pola asuh Denmark dan Finlandia yang didapuk bertahun-tahun sebagai negara paling bahagia.
Free play bersifat open-ended play, maksudnya hasil karya anak satu dengan yang lainnya bisa berbeda dan beragam. Anak bebas tanpa target dan tujuan. Mereka yang menentukan permainan apa yang ingin mereka pilih. Misal, bermain kertas. Beberapa anak diberi kertas yang sama. Bisa jadi tindakan yanh dilakukan anak satu dan anak yang lain akan berbeda bahkan beragam.
Bermain bebas ini memberi ruang ekplorasi yang lebih luas. Anak bisa bekreasi tanpa terikat dengan aturan. Mereka yang menentukan targetnya sendiri. Hal ini membuat anak mengeksplor kemampuan mereka, kreativitas, imajinasi dan kognitifnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Hal ini membuat anak bebas dan lebih bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Contoh free play adalah bermain boneka, mobil-mobilan, masak-masakan, bermain pura-pura atau saat anak pergi ke playground dimana ada banyak macam fasilitas permainan yang bisa mereka pilih untuk dimainkan.
Bermain terstruktur adalah permainan yang telah direncanakan, memiliki tujuan tertentu dan aturan saat memainkannya. Permainan ini banyak mendapat intervensi dari orang tua atau orang dewasa sebagai pengarah maka disebut juga adult direct play.
Dalam permainan ini anak belajar mengenal aturan, disiplin, memahami instruksi, mencapai tujuan, melatih keterampilan sosial, mengasap sikap tanggap, memusatkan konsentrasi, melatih kegigihan, bekerja sama, memghormati orang lain serta mengenal kegiatan baru yang mungkin tidak bisa mereka lakukan saat bermain bebas.
Contoh permainannya adalah monopoli, ular tangga, puzzle, petak umpet, dan lain sebagainya. Permainan terstruktur ini juga sering digunakan untuk aktivitas prasekolah misal kegiatan pramembaca atau pramenulis.
Demikian penjelasan tentang jenis bermain berdasarkan tujuannya. Dari kedua jenis bermain tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Pada dasarnya, bermain memang disesuaikan dengan jenjang usia anak. Peran orang tua dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang dengan bermain sangat besar.
Ditambah lagi tantangan zaman seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Meski demikian anak telrahir dengan kecerdasan yang telah dibawa sejak lahir. Peran orang tua membantu mengarahkan agar kecerdasan tersebut terasah secara optimal. Semangat membersamai Ananda!
Permainan apapun yang sederhana sebenernya bisa melatih sensorik anak ya mbak. Benar kata mba bahwa anak terlahir dengan kecerdasannya masing masing tinggal bagaimana orang tua mendamppinginya
BalasHapusSetuju banget. Kalau aku lebih ke bermain sesuka mereka aja. Tentunya di sesuaikan dengan usia dan tumbuh kembangnya.
BalasHapusSelama ini anakku masih free play juga mba. Bener banget kalau main terstruktur yg ada interfensi dari ortu biasanya untuk anak2 yg lebih besar yaa. Kalau anak umur 2 tahun gini kadang dia gamau ikuti aturan permainan wkwkwkwk. Kalau pun mau cuma bentar palingan bertahan 3 menit doaangg 🤣🤣
BalasHapusaku lebih sering mbebasin anak main apa aja, kadang saya hanya memberi saran permainan jika diminta bantuan oleh anak, memberi ide gtu, kalo dia antusia dan ingin kita lanjut main bareng, kalo misal dia tidak mau, kita gali jenis permainan yang lain.
BalasHapusSetiap anak akan berkembang sesuai usia dan tahapan pertumbuhannya kan ya. Sebagai orang tua kita pastikan aja anak aman dan terarah.
BalasHapusAnka bebas bermain justru ternyata bagus untuk kecerdasannya
Saya lebih tertarik dengan teknik mendidik negara Findlandia, sayang ya di negara kt msh terikat dengan sistem yang kesannya kaku
BalasHapusWah makasih mom pencerahannya.. selama ini aku lebih sering bermain bebas sih ngikutin perkembangan dan kemauan anak aja
BalasHapusWah aku make keduanya ini, ada saatnya anak bermain bebas, ada juga waktunya anak bermain terstruktur. Tapi anakku lebih suka bermain bebas betah banget dia, kalo bermain terstruktur 30 menit yaaaa udah berasa lama bagi dia wkkwkwkw
BalasHapusMasya Allah, bermain aja ada teorinya ya hehehe... kadang, kalau terlalu mikirin teori gini jadi kepikiran terus apa yang dikasih ke anak udh sesuai atau belum, padahal sih mengalir disesuaikan sama anak lebih nikmat kadang hehe
BalasHapusBaru tau kalo ada istilah bermain terstruktur, taunya bebas aja, hehe..
BalasHapusKalo anakku sih alhamdulillah, memang lebih seneng bermainyang berstruktur, jadi aku sendiri lebih tau kesenengannya dia.
Boleh aku save dulu ya mbak, soalnya belum punya anak, hehe.. tq mbak
BalasHapusAnak saya suka dua metode bermain bebas dan terstruktur, tapi tetep mereka lebih suka yang bebas
BalasHapussaat anak-anak saya masih kecil, saya belum memiliki pengetahuan sebanyak ini tentang bermain. Yang ada dulu hanyalah kecemasan, takut anak begini, takut anak begitu. Syukurlah ibu-ibu atau orangtua yang melahirkan putra putrinya saat ini, bisa banyak mencari ilmu buat bekal mendidik mereka.
BalasHapusKalau aku sekarang ini bikin jadwal sendiri mbak untuk main terstruktur, karena udah usia 5 tahun jadi main sambil belajar konsepnya. Pertama hal yang harus dilakukan adalah mengajak anak membuat konsep dan ikut andil dalam pembuatan bahannya. Meski sering trestruktur itu tantangannya banyak, tapi ibu ga boleh nyerah yaaa. hihi. semangaat
BalasHapusDulu anak pertama masih rajin bikin permainan terstruktur, begitu anak kedua makin woles, biarin sesukanya main sama si kakak, wkwk.
BalasHapusAq tipe ibu yang membiarkan anak bermain sesuka mereka sesuai usianya tapi tetap dengan pengawasan ya, sekarang ini mereka sedang senang menari tari tradisional gegara dapat tugas menari eh sekarang keterusan
BalasHapusSeru ya Mba, aku juga kalau ada keponakan tuh dia sukanya nggak terstruktur biasa aja gitu. Gemess pokoknya ya kalo sama anak kecil tuh
BalasHapuswah jad ada gambaran tentang perbedaan struktur dan tidak dalam bermain.
BalasHapusmakasih ya mbak.