Konten [Tampil]
.
Pesan BapakCerita anak dari pinggiran; Pesan Bapak |
Aku Bintang. Kata Bapakku, nama adalah doa. Kedua orangtuaku berharap kelak aku bisa bersinar seperti bintang. Meski tampak kecil sebenarnya bintang adalah benda langit yang bisa memancarkan cahayanya sendiri. Bapak pernah berpesan, "Bintang teruslah semangat belajar, ya Nak!" Wajah bapak yang selalu tersenyum menjadi motivasi besarku mengejar cita-cita. Bapak ingin aku menjadi anak perempuan yang mandiri, tangguh, dan tak mudah putus asa.
Semasa hidup, Bapak suka membacakan cerita kepadaku.
Itulah mengapa aku suka sekali membaca. Buku, majalah, bahkan koran sobek sekalipun. Aku juga rajin menulis. Aku bisa menulis berlembar-lembar puisi, pantun dan cerita karanganku. Tak hanya di buku, di lembaran HVS yang aku pungut di jalan ataupun tanah tempat aku bermain. Menulis sangat menyenangkan.
Dulu, aku adalah siswa teladan. Aku selalu rajin datang tepat waktu dan berusaha menyelesaikan tugas dengan baik. Bahkan banyak guru suka padaku. Masa-masa di sekolah sangat berkesan. Belajar di kelas, bermain saat istirahat dan berteriak kegirangan menyambut bel tanda kepulangan.
Seharusnya, tahun ini aku telah duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Tapi sekarang, aku berada di pasar menjajakan gorengan, berharap ada yang membeli olahan tepung dicampur sedikit sayur buatan ibu. Sejak pagi bahkan kadang sampai sore hari jika gorengan tak laku di jual. Sejak bapak meninggal setengah tahun yang lalu, ibuku mulai sakit-sakitan. Tak ada pemasukan apalagi biaya untuk melanjutkan sekolah. Aku terpaksa berhenti sekolah untuk meringankan beban ibu. Aku membantunya berjualan. Meski aku perempuan, bertubuh kecil tapi gesit. Orang-orang menjulukiku si cabe rawit.
Satu lagi pesan bapak yang selalu aku ingat. Jangan berhenti berbuat baik bahkan kepada orang yang telah menyakitimu. Karena kebaikan akan berbalas kebaikan pula suatu saat nanti. Dan aku percaya itu! Ah, aku jadi teringat ucapan paman Tono kepadaku pekan lalu, "Kamu kan sudah tidak sekolah Bintang. Kenapa masih rajin belajar?".
"Lagian anak perempuan itu kerjanya nanti di dapur." Lanjutnya lagi sambil tertawa. Dia melihatku membaca buku menunggui gorengan yang belum laku. Sejujurnya aku sakit hati dengan ucapannya kemarin. Tapi hari ini aku masih membantu menjaga warung kelontong miliknya saat dimintai tolong, meski tanpa dibayar.
Sepulang berjualan dan waktu masih siang. Aku menyempatkan untuk berkunjung ke perpustakaan desa. Meski jaraknya agak jauh dari rumahku, akan tetapi menikmati buku-buku dan membacanya membuat lelahku hilang. Aku bahagia karena bisa menambah ilmu dengan buku meski belum bisa sekolah lagi.
Kulangkahkan kakiku sedikit berlari sambil membawa keranjangan gorengan di sisi kanan dan beberapa buku sekantong plastik di tangan kiri. Terik matahari tak kuhiraukan meski keringat bercucuran. Senyumku merekah sepanjang perjalanan pulang menuju rumah sambil mulutku komat kamit melantunkan hamdalah. Hari ini daganganku laris sehingga aku bisa meminjam buku dan membacanya di rumah.
Terima kasih Tuhan!
Aku harus semangat dan terus berjuang. Suatu saat nanti aku pasti bisa sekolah kembali. Bukankah Tuhan selalu punya cara untuk hambaNya yang bersungguh-sungguh dalam usaha?
"Bapak, aku akan menjadi bintang seperti impian Bapak!" Teriak Bintang dalam hati.
Nb: tulisan fiksi tentang cerita perempuan dari pinggir
Mbak, aku boleh nggak cubit si Tono? Gemes pengen cubit. :(
BalasHapusWah semoga banyak anak-anak punya mimpi dan keyakinan seperti bintang ya. Dan semoga banyak para ayah seperti ayahnya bintang yang suka membacakan buku untuk anak-anaknya
BalasHapusAku selalu nelangsa kalau baca story tentang Ayah. Dan makin nelangsa sih sama Bintang. Nggak usah dengerin paman Tono, tang. Nggak ada yg gak mungkin :')
BalasHapusAw, Bintang :(
BalasHapusAku suka fiksimu, Kak. Pendek tapi ngena banget
Baca ceritanya bikin mood banget ya. Keinginan tulus untuk satu saat bisa mencari ilmu itu buatku selalu mengharukan sekaligus menginspirasi
BalasHapusAduh jadi tersentil kalau malas belajar. Diluar sana ada anak yang menganggap belajar bagai minum air, menyegarkan
BalasHapusArtikelnya tulus banget. Bener-bener terasa. Pas baca itu jadi ikut membayangkan. Membayangkan juga kalau dulu aku malas belajar 🙈
BalasHapusSedih juga, bapaknya masih berpandangan bias gender. Syykurrlah si Anak berfikir untuk terus maju dan giat mengejar impiannya
BalasHapusAda kisah selanjutnya kak? Penasaran sama kisahnya apakah akan menjadi Bintang seperti mimpi bapaknya?
BalasHapusSaya jadi terharu baca cerita pendek ini. Pesan seorang ayah pada anak perempuannya pasti akan terus melekat. Semoga Bintang menjadi anak yang sukses sesuai dengan harapan ayahnya. Semangat Bintang!
BalasHapusPertama semoga Bintang dan anak anak lain yang punya harapan setibggi bintang doanya diijabah Tuhan.Kedua, ini cerita kok gue banget yang rela jalan kaki 4 kilo p/p demi minjem buku di pusda.
BalasHapusakan selalu ada kesempatan untuk orang-orang yang tidak lelah berjuang. Kapanpun masih ada kesempatan untuk bersekolah dan belajar.
BalasHapusUsaha tidak akan menghianati hasil... ditunggu tulisan selanjutnya kak :)
BalasHapusah inspiratif banget kisahnya mbak
BalasHapusmemang kita nggak boleh putus asa ya
selalu ada kesempatan