Hai Sobat Hamim, lama tak nulis ya. Kali ini aku mau ngenalin nih salah satu sobat Hamim. Cewek asal Banten ini doyan nulis-nulis gak jelas katanya. Eits, tapi dia punya cita-cita mulia yakni bermanfaat lewat tulisan.
Media berbagi agar bermanfaat lewat tulisan |
Wow, kabarnya cewek kelahiran 22 tahun silam ini sudah di pondok sejak usia belasan. Pasalnya, si doi tipekal orang yang kaku jika di depan kamera. Tapi kalau nulis berasa ngomong. Lancar bener, tukasnya. Hwkakaka bisa aja! Ada yang samaan?
Nah, inilah alasan dia memilih cara menebar kebaikan lewat tulisan. Ehm, gimana ceritanya? Yuks simak yuks!
Menjadi manusia terbaik melalui bermanfaat lewat tulisan
Sekilas tentang Kak Dita
Sering kita dengar hadis berikut, "Khoirunas anfahum linnas". Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Familiar pasti ya?!
Nah, hadis di atas sering kali menjadi alasan bagi seseorang untuk rela berbagi kebaikan dalam bentuk apapun. Tak terkecuali Sobat Hamim yang bakal aku ceritain kali ini.
Namanya Dita Komalasari, asal Banten. Tinggal di sebuah pesantren sejak lulus SD hingga sekarang menempuh study S1 tingkat akhir. Wow, 11 tahun berada di pondok.
Kak Dita selain kuliah juga melakukan pengabdian di Pesantren Darel Azhar. Tahun ini adalah tahun kelimanya mengabdi. Insya Allah, bulan Agustus tahun ini sidang tugas akhir, doakan ya teman-teman!
Selain ahli menangani para santri, hobi Kak Dita ini adalah menulis dan membaca apapun yang bisa dibaca. Semangatnya untuk belajar di dunia literasi patut diapresiasi. Pernah menjuarai membaca puisi juga lho!
Meski mengaku tak begitu tekun dengan literasi. Akan tetapi, cewek berhijab ini suka baca sastra. Wah keren ya! "Walau otakku terkadang sulit untuk mengerti wkwkw tapi aku suka sastra," celetuknya saat aku wawancarai hihihi.
Awal Kak Dita mulai nulis
Seperti yang telah dijelaskan di atas. Meski tak suka sastra. Kak Dita ini tetap mau belajar dan rajin membaca. Setelah membaca dia tulis ulang dan dikolaborasikan dengan pertanyaan atau insight yang dia dapat. Wah inspiratif ya!
Alhamdulillah, ternyata beberapa orang menyatakan senang dengan tulisannya. Dan inilah awal Kak Dita terjun di dunia kepenulisan. Serta memproklamirkan diri kalau suka menulis. Yeay!
Tak heran jika dia menamai blognya dengan judul Peta-Pena Kita.
Header dari blog Kak Dita |
Terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Kak Dita mengaku membuatnya harus berjuang dalam hal materi. Meski demikian bukan alasan untuk berhenti berbuat baik.
Sebenarnya ada banyak cara bisa berbuat baik, tentu dengan menjadikan diri ini bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Sekiranya tak punya harta setidaknya kita punya tenaga.
Nah, bicara soal tenaga ini ada kaitannya dengan bakat dan potensi. Apalagi jika Allah menitipkan bakat yang bisa kita kembangkan. Iya tidak?
Begitu pula dengan Kak Dita. Potensi menulisnya ini sudah ada sejak kecil. Sayangnya, masih moody. Namun sejak suka berselancar di dunia maya. Dia sering menemukan blog-blog dengan isi yang menarik.
"Ah, aku bisa nulis kayak gini," gumamnya dalam hati. Inilah awal dia termantik buat ingin belajar blog dan mulai nulis di blog sejak tahun 2019. Modalnya belajar otodidak, wow banget kan!
Kak Dita merasa di era digital saat ini banyak orang mencari referensi lewat kolom pencarian google. Dia berpikir, dengan ketidak luwesannya dalam hal bicara maka dia mencoba terjun ke dunia tulis menulis untuk bisa memberi manfaat.
Harapannya, tulisannya bisa memberi manfaat untuk banyak orang yang membaca di blognya. Dalam hati kecilnya, lewat blog berbagi manfaat jadi lebih mudah. Inilah upaya dia menjadi manusia terbaik dengan bermanfaat lewat tulisan.
Kenapa milih blog? Simak ulasan selanjutnya yuks!
Pilihan Media berbagi tulisan
Dewasa ini, platform menulis digital sudah menjamur. Mulai dari media sosial twitter, facebook, instagram, whatpad, media online dan lain sebagainya. Kenapa milih ngeblog?
Quote tantangan menulis |
Kak Dita menyampaikan saat menulis fiksi dia kesulitan dalam menemukan diksi yang tepat, akibatnya bahasa yang digunakan terkesan monoton. Ide saat akan melanjutkan alur cerita juga sering mandeg. Akhirnya dia nyerah dan berhenti. Akupun juga sedang merangkak belajar menulis fiksi, hihi.
"Soalnya feelingnya gak ngena," katanya. Dia mengakui dan membuktikan bahwa menulis fiksi di platform menulis seperti itu butuh usaha ekstra. Sebab perlu usaha maksimal membuat mood agar selalu good.
Ah, aku bisa membayangkan dengan kesibukannya menemani para santri di pesantren, sebagai mahasiswa di kampusnya ditambah harus mikir alur cerita fiksi yang menguras energi. Tampaknya mundur alon-alon adalah pilihan yang tepat. Beralih ke dunia para blogger yang ternyata memang sudah menjadi impiannya.
Nah, jadi berbicara di mana kita mau menulis itu ada banyak pilihan ya teman. Akan tetapi setiap orang punya sisi kenyamanan tersendiri saat menjatuhkan pilihan.
Ada beberapa media berbagi tulisan yang bisa teman pilih:
Media sosial seperti twitter, instagram, dan facebook. Lebih simple namun ruangnya agak terbatas. Cocok buat yang sekadar ingin berbagi informasi singkat. Namun lingkar pertemanan lebih dekat. Sebab biasanya lebih interaktif.
Blog. Ruang menulisnya lebih luas serta dilengkapi fitur-fitur yang mendukung tulisan lebih menarik. Ada blogspot, wordpress, medium, kompasiana, dll.
Platform menulis digital. Wadah bagi para penulis yang bisa dijadikan buku. Biasanya nulisnya perbab atau capter. Umumnya isi dari platform menulis digital ini berupa tulisan fiksi berupa novel. Bahkan tak sedikit yang diadaptasi menjadi film. Wah, keren ya!
Nah, jadi buat kalian yang hobi nulis berbagi kebaikan dengan hobi yang kamu miliki itu sangat mungkin. Daripada-maaf-menulis status yang isinya sekadar curhatan tanpa arah. Akan lebih baik jika kita bisa menjadikan diri kita menuju manusia terbaik dengan bermanfaat lewat tulisan kita. Why not?
"Daripada nyampah mending nulis yang berhikmah"
Mengapa ngeblog?
Alasan milih ngeblog |
Kami nyaris menuliskan "Big Why" yang sama ketika memilih blog sebagai sarana kami berbagi kebaikan. Salah satu alasan yang menjaga aku hingga detik ini yakni bermanfaat lewat tulisan.
Ada banyak alasan yang telah aku jabarkan di kunci sukses ngeblog sebelum blogging. Aku menulisnya dengan lengkap. Mulai dari alasan pribadi hingga hal teknis di laman para blogger baik itu pengguna blogspot ataupun wordpress.
Intinya, saat ngeblog berasa punya rumah dengan ruang tamu dan ruang privasi sendiri. Asyikkan! Satu lagi, sebab menulis adalah passionku.
Cita-cita membuat buku
Kak Dita ini seakan memiliki kemiripan denganku saat memulai terjun di dunia kepenulisan. Termasuk cita-cita ingin menerbitkan buku dari kumpulan tulisan kami. Akupun demikian, meski sampai detik ini baru bisa melahirkan buku keroyokan. Doakan bisa lahiran buku solo ya!
Buku pertamaku merupakan isi curhatan berhikmah tentang sebuah pilihan ibu bekerja. Sejujurnya menerbitkan buku itu tak terlalu sulit asal ada kemauan dan uang hwakaka.
Mengapa demikian?
Sebab saat ini sudah marak adanya penerbit indi dan selfpublishing. Jadi tak harus menunggu tembus ke penerbit mayor untuk punya buku. Sayangnya, hal ini agak berlawanan dengan prinsip ekonomiku. Pun dengan Kak Dita ya!
Memang benar buku juga bisa menebar manfaat ke pelosok. Buku kita bisa sampai ke tangan siapapun, secara buku fisik masih menjadi idola beberapa kalangan. Visi bermanfaat lewat tulisan akan sempurna dilakukan jika buku kita menjangkau orang-orang yang tak mengenal internet.
Namun hal tersebut agaknya kurang bersahabat untuk ukuran kantong keuangan kami. Maka pilihan ngeblog adalah yang paling relevan. Murah meriah sebab menulis tanpa bayar editor, cetak buku, menunggu terbit maupun distribusi.
Sekaligus, sebagai penulis pemula yang butuh banyak jam terbang. Maka menulis di blog akan menjadi sarana melatih keterampilan menulis bagi kami.
Mentorku di Blogspedia Coaching for Newbie yang kami--Kak Dita dan aku--ikuti menyampaikan bahwa menjadi seorang mastahpun berawal dari seorang cupuers. Hwkakaka. Kami sepakat sih, jadi quote bagi kami dikala minder melanda.
Kumpulan antologi Hamim |
Salah satu dari sekian kebaikan
Akhir wawancara bersama Kak Dita membuat aku pribadi MJJ. Apa itu MJJ? MakJlebJleb. Tertampar gitu maksudnya. Si doi menyampaikan standar manusia yang sukses menurut Rasulullah itu ya begitu, yang akhlaknya baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Adapun kesuksesan yang di lihat dari materi itu standarnya manusia. Adapun menulis hanya salah satunya saja. Rasulullah itu hanya menyeru kita "sampaikan walaupun satu ayat". Sedangkan cara menyampaikan itu ada 3 yaitu dengan haq, sabar, dan rahmah.
Metodenya bisa lewat lisan maupun tulisan. Saat ini bagi Kak Dita dengan kepribadiannya. Menjadi manusia terbaik dengan terus produktif adalah bermanfaat lewat tulisan. Salah satu cara menjadi manusia terbaik dari sekian banyak kebaikan yang bisa dilakukan.
Beramal jariyah agar pahalanya terus mengalir. Meski belum berharta cukup untuk berbagi. Masih ada cara lain yang bisa kita tempuh sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Betul tidak?
Alhamdulillah, sesi kenalan dengam Sobat Hamim yaitu Kak Dita Komalasari kali ini seru abis ya! Semoga apa yang kami bagikan dalam postingan ini bermanfaat untuk kita semua. Barokallah!
Aamiin.
Semangat berkarya sobat!
Duh.. Kok aku serasa jadi orang istimewa sih wkwkw btw tulisan mba hamim hangat sekalai, aku suka gaya tulisan dan tatanan bahasanya. ☺
BalasHapusMasya Allah sehangat pelukan bunda hwkakaka. Soalnya kan emak-emak dhek. Hehehe. Terus berkarya ya karena kamu memang istimewa
HapusMakin banyak penulis berbobot, makin kaya kita dengan ilmu dan makin banyak variasinya. Masya Allah... Alangkah beruntungnya ❤
BalasHapusMasya Allah sungkem dulu.
HapusBunda Dina juga luarbiasa.Semangatnya darah muda. Bikin yang mudah jadi eksentil nih.
Semangat menebar manfaat ya Bunda.
Aamin. Semoga lancar buat Kak Dita yang semester akhir kuliahnya...
BalasHapusWah, Mbak, seneng banget dengan dzalilnya yang ditulis lengkap, berasa lagi belajar langsung nih. ☆
Masya Allah.. semoga kita bisa menjadi manusia-manusia terbaik cipataanNya ya mbak. Aamiin
HapusWah kak dita, semoga blognya selalu menginspirasi dalam kebaikan ya. Sukses sidangnya dan berkah gelarnya ;) eh btw, nulis itu memang bagi sebagian orang lebih mudah ketimbang ngomong terutama di depan banyak orang wkwk. Sehat2 terus ya kalian ;)
BalasHapusUuhhmm iya mbak wid juga ya.. sehat bahagia
HapusLuarbiasa ya bisa hidup diponpes sebelas tahun, dan masih muda bgt ini, perjuangan yang tidak instant dlm menuntaskan perjalanan menggapai impian. Salut dg semngt menulisnya
BalasHapusBetul.. gak mudah dan tentunya penuh perjuangan.
HapusBener juga ya, kalau nulis fiksi harus bisa bikin drama-drama gitu. Kalau orangnya ga suka drama, lebih cocok ngeblog ya. Kayaknya rata2 orang yg ngeblog itu orang yang lebih nyaman nulis daripada ngomong ya? Wkwkwk. Tapi aku salut sama anggota blogspedia coaching ini. Semuanya ingin menebar manfaat lewat tulisan di blog. Keren!
BalasHapusIya hehehe..
HapusSalah satu alasan yg bikin aku betah nulis non fiksi. Aku gak mau pusing mikir alur hehehe
Wah keren nih bisa banyak belajar dari kak dita. Saya udh coba nulid novel 3 tahun ga kelar kelar wkwkwkwk jadi banting stir ke bloh dulu buat ngasah skill tulis menulis. Yuk cupuers harus bisa berevolusi menjadi master
BalasHapusNah ini ini.sesama milenial. Remaja produktif banget to dhek.. luarbiasa sekamgatnya. Lanjutkan
HapusAyo bisa saling colek colek