Konten [Tampil]
Sejak menjadi orang tua, entah berapa grup para emak-emak yang aku ikuti. Seringkali, bagi para newmom ataupun yang sudah beranak pinak, eh maksudnya beranak lebih satu masih suka panik jika anak sakit.
Apalagi di kondisi pandemi sekarang ini. Pasalnya, virus corona varian delta lebih rentan menyerang usia muda dan anak-anak. Dalam laman online Klikdokter.com, menyebutkan dari ABC Australia bahwa para ahli mengatakan varian Delta tampaknya lebih mudah menular di semua kelompok umur, termasuk anak-anak. Hal ini didasari pada banyaknya negara yang melaporkan kasus corona pada anak-anak.
Nah, bagaimana para orang tua tidak panik?
Apalagi sakit yang sering menyapa anak-anak itu demam, pilek, batuk, dan diare. Yups! Diare juga jadi salah satu gejala terinfeksi covid-19.
Alhamdulillah, di akhir Juli 2021 lalu. Aku berkesempatan mengikuti kulwap yang keren. Dengan tema " Yuk Siap Jadi #MAMASIAP Pengobatan Mandiri di Rumah". Pas bangetkan!
Inilah alasan aku menuliskan rangkuman kulwap dalam judul "Cara Cerdas Atasi Diare Tanpa Panik". Umumnya, panik itu disebabkan oleh kurangnya pemahaman kita terkait diare. Akibatnya kita kurang siap dalam melakukan pertolongan pertama untuk anak. Yuks, kita simak pembahasan tentang diare ini!
Mengenal Diare Yuks!
Dr.Natia Anjarsari Widya, Sp.A selaku pemateri membuka kulwap dengan kondisi kekinian yaitu Pada anak yang terinfeksi COVID-19, ternyata gejalanya tidak hanya demam dan batuk pilek saja.
Seringkali datang ke RS dengan keluhan diare saja tanpa disertai keluhan lainnya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam JAMA menyatakan bahwa sekitar 10% penderita COVID-19 mengalami diare dan mual 1-2 hari sebelum mengalami demam dan sesak napas.
Beberapa orang mungkin mengalami masalah gastrointestinal (diare) sebagai satu-satunya gejala COVID-19 tanpa adanya gejala mirip flu yang lebih umum terjadi.
Wuih, mengerikan ya! Inilah aku semangat sekali membuat rangkuman ini agar teman-teman bisa membaca dan tidak panik saat menghadapi diare pada anak.
Berdasarkan pemaparan dari Kulwap yang diadakan Enstronstop bertajuk Yuks jadi MAMASIAP pengobatan mandiri di rumah. Diare pada bayi dan anak, apa saja yang orangtua perlu tahu?
Aku merangkum ilmu yang daging banget seputar diare. Yaitu:
A. Apa itu diare?
Menurut KBBI, diare adalah penyakit dengan gejala berak-berak, menceret. Namun dalam penjelasan kulwap yang aku dapat tidak sesimpel itu.
Seseorang bisa dikatakan mengalami diare berdasarkan pada dua hal yaitu:
● Frekuensi (jumlah) BAB. Seberapa banyak dan seringnya seseorang BAB dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam
● Konsistensi (perubahan tekstur) pada feses. Dikatakan mengalami diare jika konsistensi cairnya lebih dari biasanya.
Maaf jika pembahasannya agak jorok hehe. Tapi penting untuk kita ketahui bahwa konsistensi feses erat kaitannya dengan kesehatan lho.
Coba simak infografis konsistensi feses manusia sejak lahir - dewasa berikut:
Uniknya, hal ini tidak berlaku pada bayi newborn dan bayi usia (0-6bulan) dengan ASI Ekslusif. Feses pada bayi yang hanya mmengkonsumsi ASI, tekstur fesesnya pun belum sepadat kalau bayi sudah mendapat makanan pendamping ASI atau MP-ASI.
Pada newborn (usia 0-28 hari) frekuensi pup bisa jauh lebih sering, bisa lebih dari 3 kali dalam 24 jam, bahkan ada juga sampai lebih dari 10 kali.
Sumber: Kulwap #MAMASIAP dari Entronstop |
b. Faktor Penyebab Diare
Yups, setelah mempelajari tentang definisi diare. Sekarang kita berlanjut mempelajari faktor penyebab diare. Dengan mengetahui faktor penyebabnya maka kita tahu cara cerdas atasi diare tanpa panik bukan?
Kuylah! Dalam penyampaian dr. Natia menyebutkan ada 6 faktor yaitu:
1. Diare karena infeksi, bentuknya cair. Biasanya disebabkan oleh virus. Maka #MAMASIAP tidak perlu tergesa-gesa memberikan antibiotik ya. Sebab umumnya hanya terjadi dalam bebebrapa hari hingga satu minggu.
2. Malabsorbsi, gangguan penyerapan atau salah satu atau beberapa zat nutrisi di usus halus
3.Alergi
4. Keracunan
5.Immunodefisiensi (gangguan atau melemahnya sistem imun untuk melawan suatu penyakit atau infeksi)
6. Dan lain-lain.
Nah, penjelasan dari dan lain-lain ini ternyata di situasi pandemi seperti sekarang perlu kita waspadai. Sebab, diare bisa menjadi salah satu gejala terkonfirmasi positif covid-19. Maka perlu perlu kita simak penularannya dari mana?
Pertama, penularan dari makanan dan minuman yang tercemar feses penderita diare disebut juga fekal oral.
Pemateri memberikan penjelasan, satu studi yang diterbitkan dalam Alimentary Pharmacology & Therapeutics, berhasil membuktikan bahwa feses dari pengidap COVID mungkin bisa menularkan penyakit. Studi ini juga menjelaskan bahwa feses dapat tetap menularkan penyakit meski setelah dilakukan swab pengidap dinyatakan negatif. Meski begitu, tetap dibutuhkan studi terkait yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih lanjut apakah feses memang benar berkontribusi terhadap infeksi virus dan penularannya.
Duh, pentingnya memisahkan segala macam dari anggota keluarga yang terpapar dengan anggota keluarga lain ya. Pun dalam memperlakukan sampah kotorannya.
Tipsnya!
Tutup closet sebelum menekan "flush". Hal ini untuo menghindari cipratan air dari closet tersebut yang bisa menjadi media penularan juga.
Kedua, melalui perantara hewan. Seperti lalat yang hinggap pada makanan. Sedang kita tahu bahwa lalat ini suka hinggap di tempat kotorkan?
Eh, ada tips lho dari dr. Natia dalam hal penyimpanan makanan. Jadi, setelah memasak sebaiknya langsung dikonsumsi. Apabila tidak langsung dikonsumsi maka toleransi diletakan pada suhu ruang adalah 1-2 jam.
Jika dikonsumsi dalam waktu panjang, lebih baik diletakkan di lemari es atau tempat hangat dengan suhu 70 derajat.
Intinya jangan membiarkan makanan terlalu dalam suhu ruang. Wah, jadi kepikiran dengan warung-warung di pinggir jalan ya.
Yes, kita masuk dalam pembahasan jenis-jenis diare. Ditahap ini kita akan tahu bagaimana kita mengatasi diare tahap perawatan mandiri atau kategori berbahaya.
Cara Cerdas Mengatasi Diare Tanpa Panik
Yuhui, kita sudah mengenal apa itu diare dan faktor penyebabnya ya. Maka kita akan melanjutkan pada pembahasan cara cerdas mengatasi diare tanpa panik. Seperti apakah itu?
Nah, kita bisa mencari solusi jika kita tahu masalahnya apa. Betul tidak? Sebelum membahas caranya maka kita ketahui dulu jenis-jenis diare apa saja.
Berdasarkan klinis, diare dibedakan menjadi 3 kategori:
Pertama, diare akut.
Terjadi dalam jangka waktu beberapa hari..Biasanya bentuknya cair umumnya karena virus. Dan selesai dalam jangka waktu beberapa hari hingga satu minggu.
Jika diare terjadi lebih dari 7 hari, maka disebut diare melanjut maksimal 14 hari. Akan tetapi, jika diarenya disertai darah maka segera bawa ke rumah sakit agar segera mendapatkan tindak lanjutnya.
Namun, jika bayi dalam kondisi masih aktif, tidak demam, serta tidak ada keluhan lainnya, maka bisa jadi diare diagnosisnya karena alergi susu sapi walaupun mendapat ASI eksklusif.
Lho kok bisa?
Sebab mamanyanmemgkonsumsi susu sapi dan dairy product nya (roti, cake, mentega, coklat, dll) selama menyusui. Nah, terjawab kan? Alan tetapi jika merasa was-was maka bisa dipastikan untuk pemeriksaan feses di rumah sakit. Tapi tetap jangan panik, hehe!
Kedua, diare persisten.
Diare yang terjadi 2-4 minggu. Biasanya terjadi karena adanya penyakit bawaan
seperti otitis media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia. Awal mulanya dari diare akut namun berlangsung lebih lama sehingga bisa menyebabkan malnutrisi juga.
Ketiga, diare kronik
Diare kronik, sering ditemukan pada anak dengan defisiensi imun berat (misal: anak penderita HIV, kanker), anak dengan gizi buruk, dll.
Berdasarkan ulasan diatas kunci mengatasi kondisi anak saat diare adalah usahakan tetap tenang.
Langkah apa yang bisa kita lakukan?
a. Bisa dengan menjaga kebersihan sehingga menekan faktor risiko diare. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
b. Jika masih dalam tahap diare akut maka kita bisa mengupayakan agar anak tidak mengalami dehidrasi. Perawatan secara mandiri di rumah bisa kita lakukan, jika anak diare disertai muntah maka bisa kita buatkan oralit.
c. Beri zinc dan probiotik. Hindari pemberian obat anti-diare pada anak kurang dari dua tahun.
Pemberian zinc dan prebiotik bisa dilakukan selama 10-14 hari. Kategori diare akut ya. Dengan porsi:
Bayi kurang dari 6 bulan dosisnya 10 mg, 1 x sehari. Sedangkan untuk bayi di atas 6 bulan, dosisnya 20 mg, 1 x sehari.
d. Jika nafsu makan anak turun, maka berikan small frequent feeding, sedikit-sedikit tapi sering. Jangan lupa protein hewani yang digemari oleh si kecil.
Tips!
Berikan makanan yang mudah diterima oleh anak, misal kesukaannya. Dengan porsi kecil namum sering. Bisa dilakukan per 3-4 jam.
Untuk bayi MP-ASI, bisa menggunakan buah pisang, apel, blueberry, dan kelapa muda.
e. Tak perlu khawatir dengan pemberian susu pada anak. Ternyata pada diare ringan tanpa muntah, tidak perlu adanya perubahan diet sehingga anak tetap bisa konsumsi susu.
Yang perlu diperhatikan adalah saat anak mengalami kembung maka pemberian susu sapi atau susu formula perlu dihindari.
f. Jika kondisi anak selama diare masih terus muntah maka bisa diberi obat anti muntah, seperti domperidone atau ondansetron.
g. Pada bayi yang masih ASI ekslusif harus tetap dilanjutkan ya. Sebab ASI memiliki kemampuan proteksi terhadap terjadinya diare. Kandungan laktosa pada ASI tidak meningkatkan risiko diare.
i. Untuk pemberian dari sufor, pembuatan susu formulanya harus dengan air yang sudah direbus terlebih dahulu ya.
Ingat!Air untuk susu formula harus direbus bukan dari air dispenser.
j. Saat bayi berusia 2 bulan, jangan lupa berikan imunisasi Rotavirus.
Namun jika sudah ada tanda-tanda dehidrasi dan muntah terus menerus maka segera dibawa ke rumah sakit.
Kapan bayi atau anak harus di bawa segera ke rumah sakit saat diare?
Saat kondisi anak diare sudah mengalami dehidrasi, diperberat dengan gejala muntah secara terus-menerus.
Indikasi dehidrasi adalah sebagai berikut:
● Pada bayi, ubun-ubun besar bayi belum menutup, sehingga bisa untuk penilaian apakah bayi mengalami dehidrasi atau tidak.
● Pada balita dan anak yang lebih besar, penilaian dehidrasi bisa dilihat dari: mata cekung, air mata berkurang atau tidak ada (bahkan saat menangis pun, produksi air mata sangat berkurang).
Nah, bagaimana? Jelaskan ya. Lugas dan tidak bertele-tele. Para moms tidak perlu panik sebab sudah belajar seputar diare.
Yang tidak kalah penting, siapkan enstrontop di rumah juga ya. Entrostop Herbal Anak, bisa Mama berikan pada anak di rentang usia 6 - 12 tahun. Entronstop bisa jadi salah satu pertolongan pertama saat anak diare, tapi tidak untuk anak di bawah 5 tahun.
Namun perlu diperhatikan juga, jika si kecil memiliki alergi terhadap salah satu bahan dari Entrostop Herbal Anak, maka sebaiknya produk ini tidak diberikan kepada anak.
Yeay! Sekarang #MAMASIAP tahu cara cerdas mengatasi diare tanpa panik ya. Sebab belajar di kulwap bersama entrostop membuat para mom jadi lebih bijak dan siap menjadi dokter di rumah. Sip!
Sejujurnya saya kalau kena diare gampang trauma, sebab penyembuhannya agak lama, hehehe. Minum obat, minum teh pahit akhirnya bisa sembuh juga
BalasHapusAnak saya dulu juga pernah diare awalnya masih observasi tapi kok malah semakin sering sampai akhirnya ngamar. Emang khawatir banget deh kalau diare sama disertai muntah.
BalasHapusEh ternyata bayi ASIX juga bisa alergi dairy product lewat ASI ibunya yah..
Emang andalan ya entrostop ini. Dulu bapak selalu merekomendasikan entrostop ini buat mengatasi diare.
BalasHapusBiasanya cuma kasih cairan dan oralit, sambil mantau tanda-tanda dehidrasi. Gak berani pakai obat kecuali ke dokter. Alhamdulillah jadi nambah referensi cara penanganan diare buat anak-anak
BalasHapusAku malah jadi ingat Papa yang sering diare hampir tiap bulan. Ada diabetes sih apa karena itu ya atau ada penyakit lainnya
BalasHapusEntrostop ini selalu jadi andalan sejak aku kecil. Eh, sekarang udah ada yang herbal ya? Wajib ada di kotak obat nih. Diare ini memang bikin deg-degan sih, apalagi kalau anaknya mpe lemes dan nggak mau ngapa-ngapain. Rasanya ikutan lemes.
BalasHapusPaliiing sedih kalau anak diare ya mom, kasihan lihatnya, pasti jadi lemes, kita yang ngurusin aja ikutan lemes liatnya huhu.. kudu tepat dan cepat penangannya :)
BalasHapusAku malah gak kepikiran loh tips yang pertama. dan itu cukup sering di lakukan. mulai sekarang harus lebih hati-hati nih. anak-anak di rumah pun kalau sampe diare pasti konsumsi entrostop herbal anak.
BalasHapusJujur kalo anak udah diare rasanya lemes sendiri, huhu..
BalasHapusJadinya nggak mau makan juga, bingung.
Alhamdulillah ada tips2 ini, boleh aku save ya mbak, tapi semoga anak2 kita sehat selalu yaa, aamiin..
Bagus banget nih infonya. Menambah ilmu buat saya, bakal jadi bekal kalau terjadi sesuatu
BalasHapusKalau gejalanya hanya volume feses tapi sehari lebih dari 8 kali apa termasuk diare , mbak. Tapi nggak muntah-muntah. Bab nggak berdarah tapi encer gitu?
BalasHapus