Konten [Tampil]
Semoga kita dikaruniai dengan putra putri yang saleh dan saleha. Pertanyaannya apakah kita sudah menyiapkan anak yang sesuai harapan kita?
Nah, Sobat Hamim kali ini postinganku akan sedikit memberikan ulasan review sebuah buku penguat iman bekal mendidik anak. Sejujurnya buku ini sebagai modal kita menghadapi fase kritis dan rasa ingin tahu anak kita.
Bukunya sangat bisa diandalkan buat Sobat Hamim yang tak sempat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan urusan gaib. Misal, Allah itu di mana? Allah seperti apa? Dan pertanyaan lainnya seputar keimanan. Hal abstrak yang saat kita kurang tepat dalam menanggapi maka akan berdampak di masa depan anak.
Haduh, tampaknya tak perlu berlama-lama yuks kita mulai reviewnya.
Identitas Buku
Judul : Pertanyaan Anak Seputar Keimanan
Penulis : Abdullah Hamad ar-Rakaf
Penerjemah : Farid Jihady
Penerbit : Gema Insani
ISBN : 978-602-250-837-3
Ukuran : 20.5 cm x 14.5 cm
Isi : 184 halaman
Cover : Soft Cover
Berat : 400 gram
Harga : Rp 60.000,-
Usia kanak-kanak merupakan masa penting dalam membentuk persepsi tentang eksistensi kehidupan. Pemahaman yang ditanam dalam akal anak pada masa ini merupakan pondasi dasar yang membentuk kepribadian manusia dalam berbagau aspeknya. Oleh karena itu, pemahaman yang ditanamkan seyogianya sesuai dengan baik dari aspek kejiwaan, sosial, maupun pemahaman agama.
Jleb!
Saat aku membaca kata pengantar yang ditulis oleh si penulis, yakni Abdullah bin Hamad ar-Rakaf. Layak jika sejak menulis kata pengantar penulis sangat paham betul bagaimana visi lahirnya buku ini. Ustadz Abdullah bin Hamad ar-Rakaf adalah seorang cendekiawan Arab Saudi yang telah menekuni bidang tersebut.
Bab akidah menjadi poin utama untuk mendidik anak. Apalagi di era seperti saat ini, pendidikan iman menjadi faktor pencegah yang dapat melindungi anak dari berbagai persoalan pendidikan sebelum hal itu terjadi, dan berkontribusi sebagai solusi jika persoalan sudah terjadi.
Pendidikan iman adalah bagian mendasar dari pendidikan anak. Sayangnya, hal tersebut belum disadari oleh sebagian orang tua. Seringkali kita dapati saat anak memasuki fase kritis dan suka bertanya khususnya urusan keimanan.
Realitas yang kita dapati adalah tidak jarang kita temui bahwa banyak orang tua yang kebingungan memberi jawaban, bahkan cenderung apatis dalam menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh anak seputar keimanan.
Ketidak berdayaan, ketidak siapan, dan kebingungan orang tua menanggapi pertanyaan anak bisa jadi disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua terhadap materi yang anak ingin tahu, kesibukan mengalahkan kebutuhan anak atas jawaban dari pertanyaan yang mereka lontarkan, atau ketika orang tua mampu menjawab maka jawabannya tidak sesuai dengan fase usia anak.
Contoh, anak bertanya tentang keberadaan Allah. "Siapakah Allah?", "Dari mana Allah berasal dan berapa usianya?", "Apakah Allah ada yang menciptakan?"
Bisa jadi jawaban atas pertanyaan di atas cenderung mengacu pada dalil-dalil. Nah, saat menyampaikan dalil inilah yang membuat anak semakin bingung. Tak hanya anak, orang tua pun bisa jadi semakin tidak nyaman atau marah sebab anak semakin banyak bertanya sedang jawaban yang diberikan tak memuaskan mereka.
Inilah alasan buku terjemahan Pertanyaan Anak Seputar Keimanan ini hadir. Alasannya adalah membantu para orang tua sebagai panduan praktis menjawab dan menanamkan keimanan pada anak.
Sejatinya, jawaban yang memuaskan meskipun parsial akan mengantarkan anak pada ketenangan batin, pikiran, dan sosial. Beda halnya, jika jawaban yang diberikan tidak jelas atau berupa respon negatif, justru menambah kebingungan dan kebimbangan anak. Akibatnya anak akan terus bertanya.
Mengapa Disebut Buku Penguat Iman Bekal Mendidik Anak?
Aku pribadi ketika membaca habis buku ini, alih-alih untuk persiapan menjawab pertanyaan anak seputar keimanan faktanya akulah yang merasa tercerahkan. Bisa jadi ini adalah dampak dari pertanyaan yang mungkin pernah ada dipikiranku semasa kecil juga belum terjawab.Di halaman 145, disebutkan pertanyaan tentang "Mengapa ada orang kaya dan orang miskin?"
"Mengapa sebagian orang jahat hidup dalam kekayaan dan sebagian orang baik hidup dalam kemiskinan"
Oke, coba Sobat Hamim cari jawaban yang tepat? Dalam pemikiran orang dewasapun pertanyaan ini kadang masih suka mengganggu dan tak menemukan jawaban yang pas.
Nah, masih di halaman yang sama mari kita simak jawabannya. "Kita (orang tua) bisa juga mengatakan kepada anak bahwa Allah SWT menciptakan manusia dalam kondisi berbeda-beda."
"Semua diuji oleh Allah SWT. Kekayaan adalah ujian sebagaimana kemiskinan juga ujian. Orang kaya diuji dengan apakah dia berinfak atau tidak, berzakat atau tidak, berderma atau tidak. Orang miskin diuji apakah dia bersabar atau tidak, berupaya keras atau tidak, berjerih payah atau tidak, serta mencuri dan mengambil hak orang lain atau tidak". (Halaman 146)Hampir separuh dari buku ini membahas pertanyaan-pertanyaan yang seringkali ditanyakan. Dan aku akui memang daftar pertanyaannya sebagian besar tepat. Sebab aku sendiri sedang memiliki anak di fase suka bertanya yakni usia 4 tahun.
Sebelum list daftar pertanyaan dan jawaban, buku ini di halaman sebelumnya memberikan materi akan pemahaman bahwa pentingnya pendidikan keimanan bagi anak khususnya anak usia dini yang sedang dalam masa paling penting untuk meletakan pondasi keimanan.
Bahkan bisa dikatakan bahwa fase kanak-kanak adalah fase bertanya, yang mayoritas percakapan anak isinya adalah pertanyaan. (Halaman 68)Selanjutnya, kita juga diberikan arahan bagaimana menjawab pertanyaan anak sesuai fasenya. Kita diberikan ulasan tentang alasan anak sering bertanya, karakter pertanyaan anak, dan jenis-jenis pertanyaan anak.
Dilengkapi pula bagaimana metode menjawab pertanyaan anak, hal-hal yang sebaiknya diperhatikan, bahkan kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan para orang dewasa saat menjawab pertanyaan anak-anak seputar keimanan.
Selain itu, hal yang membuat aku mantap menjadikan buku ini buku recommended untuk para orangtua. Sebagai buku penguat iman bekal mendidik anak adalah penjabarannya yang padat, lugas, ilmiah, serta mudah dicerna dalam memberikan pondasi iman terlebih dahulu pada orang tuanya.
Keunggulan buku, tak hanya daging tapi eyes catching
Sebagai orang tipe visual, tampilan akan lebih membuatku jatuh hati. Inilah yang pertama kali aku rasakan saat mendapati buku ini diposting oleh Mbak Julia Sarah Rangkuti. Salah satu kenalan di instagram penulis buku Rumah Main Anak. Beliau kerap membagikan buku yang recommended dibaca oleh orang tua.
Apakah terbukti jika bukunya semenarik tampilannya? Masya Allah daging! Artinya isinya memang patut diacungi jempol, sangat layak dibaca oleh para orang tua yang muda maupun yang telah berumur.
Sebab buku ini tak hanya menjadi bekal buat mendidik anak melainkan mendidik jiwa kita juga. Bahasanya yang semi formal tapi bisa dikemas dengan padat. Berupa poin-poin.
Nah, menurutku ada 5 kelebihan buku ini yang membuatku jatuh hati:
Lima Keunggulan Buku Pertanyaan Anak Seputar Keimanan
1. Ditulis oleh penulis yang ahli di bidangnyaJujur aku baru tersadar jika ini adalah buku terjemahan. Rupanya penulis memang bukan orang Indonesia. Melainkan cendekiawan dari Arab Saudi yang telah menyelesaikan studi S1-S3 di bidang pemikiran modern.
Abdullah bin Hamad ar-Rakaf, seorang ulama dari Arab Saudi lulusan Universitas Ummul Qura, pengajar sekaligus peneliti di bidang aqidah pemikiran modern. Keaktifan dan kepedulian beliau pada isu pendidikan keimanan mengantar beliau menulis buku Pertanyaan Seputar Keimanan.
Artinya, buku ini memang ditulis oleh orang yang berkompeten di bidangnya.
2. Isinya padat dan mudah dipahami
Jujur buku ini memang isinya padat sekali. Rasanya, memang dimampatkan. Meski demikian bahasa serta ulasan yang berupa poin-poin penting memudahkan kami para pembaca untuk mencerna isi buku.
Pasalnya, hal ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kebutuhan dalam menanamkan nilai keimanan pada anak melalui orang tuanya sedangkan hal tersebut dibenturkan dengan kesibukan orang tua. Maka hadirnya buku ini menjadi salah satu solusi masalah tersebut. Demikian penuturan seorang tokoh yang tertulis di halaman depan buku.
3. Bukunya handy dan penuh warna
Pasalnya, hal ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kebutuhan dalam menanamkan nilai keimanan pada anak melalui orang tuanya sedangkan hal tersebut dibenturkan dengan kesibukan orang tua. Maka hadirnya buku ini menjadi salah satu solusi masalah tersebut. Demikian penuturan seorang tokoh yang tertulis di halaman depan buku.
3. Bukunya handy dan penuh warna
Wah, salah satu yang menjadi poin plus buku ini. Sebagai orang visual jelas buku yang penuh warna meski tak bermacam-macam sudah membuat daya tarik untuk membaca.
Umumnya, buku-buku teori itu isinya penuh tulisan. Buku bersampul ungu ini berbeda, di setiap peralihan bab ada ilustrasi semacam galaksi dan planet. Menarik sekali bukan? Layoutnya keren menurutku.
Ringan pula, sehingga bisa masuk tas dan dibaca kapan saja. Cocoklah jika disebutkan bahwa buku ini adalah teman belajar para orang tua sebagai buku penguat iman bekal mendidik anak.
4. Terbukti praktis dan aplikatif
Dr. Muna Rajab Shabir, pengajar ilmu psikologi pendidikan Universitas Qassim Arab Saudi menyampaikan bahwa anak adalah simbol tanda tanya yang hidup. Seorang anak selalu diliputi dorongan untuk ingin tahu, bereksplorasi, dan mempelajari segala hal.
Ironisnya, para orang tua--karena kondisi kehidupan dan sibuk mencari penghidupan yang layak untuk anak--terpalingkan dari interaksi dengan anak. Kadang kala menghindar, mengabaikan, atau bahkan meresponnya dengan sikap keras, serta meminta agar anak tidak cerewet.
Nah, inilah fenomena yang kerap sekali kita temui. Hal ini tidak lain terjadi karena pertanyaan anak dianggap sulit atau membutuhkan jawaban yang panjang dan abstrak sehingga dalam pandangan orang tua akan sulit membuat anak memahaminya.
Hadirnya buku ini menjawab tantangan tersebut. Isi buku ini sangat praktis dan aplikatif. Penulis tidak hanya menjabarkan teori melainkan memberikan kiat-kiat praktis dalam menjawab pertanyaan anak.
Itulah di awal aku menuliskan bahwa separuh dari buku ini berisi list daftar pertanyaan dan jawaban seputar keimanan. List tersebut bisa menjadi modal untuk para orang tua menghadapi pertanyaan anak yang mengarah pada hal-hal bersifat abstrak dalam bentuk dialog atau diskusi.
Para pakar pendidikan menganjurkan agar para orang tua menggunakan metode dialog dan diskusi dalam merespon pertanyaan anak. Strategi ini secara sederhana merupakan salah satu metode komunikasi penting.
Disebutkan oleh Dr. Muna Rajab Shabir bahwa luangkan waktu 30 menit untuk menjawab pertanyaan anak dengan sepenuh hati dan perhatian. Sebab hal tersebut merupakan bentuk dukungan psikis yang akan menopang anak-anak di fase berikutnya.
Di Akhir buku, penulis memberikan contoh-contoh khas dalam menjawab pertanyaan anak terkait aqidah, yang jawabannya itu berupaya mencakup hal-hal empiris yang dapat dipahami anak, serta uraian yang singkat tidak membebani orang tua.
Umumnya, buku-buku teori itu isinya penuh tulisan. Buku bersampul ungu ini berbeda, di setiap peralihan bab ada ilustrasi semacam galaksi dan planet. Menarik sekali bukan? Layoutnya keren menurutku.
Ringan pula, sehingga bisa masuk tas dan dibaca kapan saja. Cocoklah jika disebutkan bahwa buku ini adalah teman belajar para orang tua sebagai buku penguat iman bekal mendidik anak.
4. Terbukti praktis dan aplikatif
Dr. Muna Rajab Shabir, pengajar ilmu psikologi pendidikan Universitas Qassim Arab Saudi menyampaikan bahwa anak adalah simbol tanda tanya yang hidup. Seorang anak selalu diliputi dorongan untuk ingin tahu, bereksplorasi, dan mempelajari segala hal.
Ironisnya, para orang tua--karena kondisi kehidupan dan sibuk mencari penghidupan yang layak untuk anak--terpalingkan dari interaksi dengan anak. Kadang kala menghindar, mengabaikan, atau bahkan meresponnya dengan sikap keras, serta meminta agar anak tidak cerewet.
Nah, inilah fenomena yang kerap sekali kita temui. Hal ini tidak lain terjadi karena pertanyaan anak dianggap sulit atau membutuhkan jawaban yang panjang dan abstrak sehingga dalam pandangan orang tua akan sulit membuat anak memahaminya.
Hadirnya buku ini menjawab tantangan tersebut. Isi buku ini sangat praktis dan aplikatif. Penulis tidak hanya menjabarkan teori melainkan memberikan kiat-kiat praktis dalam menjawab pertanyaan anak.
Itulah di awal aku menuliskan bahwa separuh dari buku ini berisi list daftar pertanyaan dan jawaban seputar keimanan. List tersebut bisa menjadi modal untuk para orang tua menghadapi pertanyaan anak yang mengarah pada hal-hal bersifat abstrak dalam bentuk dialog atau diskusi.
Para pakar pendidikan menganjurkan agar para orang tua menggunakan metode dialog dan diskusi dalam merespon pertanyaan anak. Strategi ini secara sederhana merupakan salah satu metode komunikasi penting.
Disebutkan oleh Dr. Muna Rajab Shabir bahwa luangkan waktu 30 menit untuk menjawab pertanyaan anak dengan sepenuh hati dan perhatian. Sebab hal tersebut merupakan bentuk dukungan psikis yang akan menopang anak-anak di fase berikutnya.
Di Akhir buku, penulis memberikan contoh-contoh khas dalam menjawab pertanyaan anak terkait aqidah, yang jawabannya itu berupaya mencakup hal-hal empiris yang dapat dipahami anak, serta uraian yang singkat tidak membebani orang tua.
Aahaa, ini dia kepraktisannya. Layak dijadikan buku saku. Pas! Buat orang tua yang sibuk maka kehadiran buku ini sangat membantu tanpa kehilangan bahan untuk menjawab pertanyaan khususnya momen kebersamaan bersama anak.
5. Daftar Pustaka yang meyakinkan
Satu poin penting yang selama ini aku lakukan adalah masih menggunakan buku sebagai rujukan dalam menulis karena buku lebih bisa dipertanggung jawabkan isinya.
Seperti buku ini, setiap uraian tertentu ada footnoted yang menunjukkan tentang sumbernya. Tak hanya itu, dituliskan pula judul buku, penulis, serta halamannya.
Dengan kata lain,buku Pertanyaan Anak Seputar Keimanan ini terjamin isinya. Aseli daging!
Alhamdulillah itulah ulasan dari review buku yang aku anggap sebagai buku penguat iman bekal mendidik anak. Semoga bermanfaat ya, jangan berhenti belajar menjadi orang tua yang lebih baik ya Sobat Hamim..
keren banget bukunya. ini sih orangtua dan anak semua belajar ya, mb. auto masuk WL belanja buku, nih. Makasih mb, sharingnya..
BalasHapuswah bagus banget bukunya, bisa nih Bunda share ke teman-teman mama muda
BalasHapusAkidah menjadi landasan kuat bagi seorang anak ya mba. Apalagi zaman skrng ga karuan deh pergaulannya. Dan benteng paling tepat ya akidah
BalasHapusKalau ditulis oleh praktisi dan ahlinya, orang baca akan lebih merasa mantap dan yakin dengan materi yang disajikan ya
BalasHapusBuku yang bagus banget dan emang sering menemukan masalah tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita
Wah ini masih PR saya banget membangun dan menguatkan akidah anak-anak. Apalagi masih masa krtitis yang sering banget tanya. Jadi ibunya juga harus siap yah dengan berbagai kemungkinan pertanyaan. Bagus nih bukunya.
BalasHapusYes jleb banget. Terlebih anak sekarang jauh lebih kritis dan harus diperkenalkan dg jawaban2 realistis.
BalasHapusKadang ada pertanyaan pertanyaan tentang hidup yang jawabannya menguji keimanan, seperti tentang kenapa aku begini dan dia begitu. Kalau teorinya mah tau ya, tapi kadang nggak mudah untuk bisa memberi jawaban yang tepat
BalasHapusAnak kecil emang polos dan suka bertanya apa saja yang mereka ingin tau. Buku yang pas nih buat menemani si kecil yang mulai suka bertanya
BalasHapusAnak2 emang amazing ya. Kadang pertanyaan nya suka ajaib dan bikin orang tua jadi ikutan mikir juga. Jadi pingin baca bukunya
BalasHapusDuhh kayaknya aku kudu punya nih mba Hamimmm. Jual ngga mba Hamimnya? Siap2 anakku bakal nanya2 seputar agamanya, kalau aku gapunya jawabannya atau salah ngejawab, bisa gawat :D
BalasHapusBener banget loh! Pertanyaan-Pertanyaan ajaib banyak muncul memang di masa anak-anak. Anak ku sendiri contonhnya.
BalasHapusMasyaAllah banyak banget manfaat pastinya yang banyak diambil pelajarannya. Ilmu banget bagiku pengen hunting insyallah
BalasHapusMasya Allah, buku bagus banget nih buat orang tua zaman sekarang. Bener-bener mendidik dan jadi tau harus jawab apa kita, hihi..
BalasHapus