Konten [Tampil]
Tahukah kalian jika pada tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas. Nah, dalam kesempatan ini aku berkesempatan menghadiri sebuah seminar dari Ruang Publik KBRI dengan tema Cegah Disabilitas Karena Kusta. Info ini aku dapatkan dari salah satu komunitas blogger yakni 1minggu1cerita.
Menarik sekali ulasan selama 60 menit ini. Sebab salah satu narasumber adalah penyintas kusta dan berhasil mengatasi stigma negatif di sekitarnya.
Ditambah dengan pembahasan dari ahlinya yaitu DR. dr Sri Linuwih Menaldi, SPKK(K),Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta) Indonesia PERDOSKI terkait bagaimana mencegah terjadinya disabilitas dari karena kusta ini. Semakin ditangani sejak awal maka disabilitas akan sangat mungkin dihindari. Yuks lebih peduli!
Apakah Kusta Bisa Sembuh?
Penyakit kusta adalah penyakit menular dengan tingkat penularan yang kecil. Dalam arti, penularan terjadi jika ada kontak erat dengan penyintas dalam waktu yang lama dan sering.Namun, perlu diketahui bahwa kusta berpeluang untuk sembuh jika terdeteksi dan ditangani lebih awal. Selain itu, adanya kerjasama dari penyitas selama menjalani perawatan. Sebab tindakan pengobatan yang dilakukan tergantung jenis kusta yang dimiliki.
Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae sehinhga pengobatannya menggunakam antibiotik untuk mengatasi infeksinya. Waktu pengobatan pun disarankan melakukan pengibatan jangka panjang antara 6-12 bulan.
Angka disabilitas karena kusta
Sebagai penyakit tropis yang terabaikan, kusta masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Inilah yang membuat NLR terus concern mengangkat isu kusta dan konsekuensinya. Sebab masih minimnya edukasi dan kepedulian masyarakat tentang kusta. Bahkan stigma negatif tentang penyakit kusta masih tinggi.
Pasalnya, kebanyakan masyarakat kurang peduli atau merasa takut jika terindikasi mengidap kusta. Akibatnya, kebanyakan orang yang mau datang ke pukesmas atau pihak kesehatan adalah orang-orang dengan tingkat penyakit kusta yang parah.
Hal inilah yang memicu disabilitas pada penyitas kusta jika tidak segera tertangani dan diobati. Tercatat pada tahun 2017, angka disabilitas kusta cukup tinggi yakni 6.6 per 1juta penduduk. Dibanding dengan target pemerintah terkait angka disabilitas yakni 1 per 1 juta penduduk jelas angka di atas cukup tinggi.
Nah, tingginya angka disabilitas karena kusta ini menunjukkan bahwa penemuan dan penanganan kusta masih dalam kategori terlambat. Maka dari itu, webinar ini akan menjadi sarana kita lebih aware dengan kondisi ini.
Cara cegah disabilitas karena kusta
Yup Sobat Hamim!Sebelum kita mengulas tentang cara pencegahan terjadinya disabilitas karena kusta. Ada baiknya jika kita tahu apa yang penyebab penyintas kusta hingga mengalami cacat.
Sebab penyintas kusta mengalami disabilitas
Menurut Dr.dr Sri Linuwih Susetyo menyampaikan ada beberapa hal seorang yang terindikasi kusta hingga sampai mengalami kecacatan. Yaitu :
1. penyebaran kuman kusta itu sendiri menyerang saraf. Hal ini bisa mengakibatkan mati rasa, kelumpuhan, dan kekeringan kulit.
2. Minimnya tingkat kesadaran akan indikasi gejala kusta sehingga terkesan menyepelekan. Misal terjadinya mati rasa sehingga membuat orang tidak merasakan di jika mengalami luka akibatnya jika ini terjadi terus menerus maka akan mengakibatkan kelumpuhan.
3. Imun tubuh dari si penderita
Inti terjadinya kelumpuhan pada penyintas kusta adalah kuman yang telah menyerang jaringan saraf. Yang dikatakan disabilitas adalah terjadinya ketidakmampuan organ yang kita gunakan kegiatan sehari-hari melakukan aktifitas, yakni mata, tangan, dan kaki. Nah, terjadinya disabilitas adalah saraf yang diserang oleh kuman adalah yang nyambung ke area organ tersebut.
Apakah semua kusta bisa membuat disabilitas?
Dr dr Sri Linuwih menjelaskan, "Sebetulnya, kecenderungan iya, walaupun tidak semua jika bisa ditangani lebih awal."Namun karena terbatasnya edukasi dengan penanganan juga terlambat sehingga membuat si kuman bersarang tadi mengakibatkan menyerang saraf sehingga terjadilah kelumpuhan itu tadi. Apalagi jika bakterinya masuk kategori multibasiler.
Jadi, perlu diketahui dan garis bawahi bahwa pencegahan paling awal dari terjadinya disabilitas karena kusta ini adalah kesadaran akan gejala yang timbul pada diri jika ada indikasi tanda-tanda kusta.
Jadi, perlu diketahui dan garis bawahi bahwa pencegahan paling awal dari terjadinya disabilitas karena kusta ini adalah kesadaran akan gejala yang timbul pada diri jika ada indikasi tanda-tanda kusta.
Apakah gejala awal indikasi kusta?
Gejala awal indikasi kustas adala timbulnya bercak, merah, dan mati rasa yang harus diwaspadai. Maka buktikan bahwa ini bukan kusta.
Langkah pencegahannya adalah :
1. meningkatkan kewaspadaan jika mulai timbul bercak baik hanya 1 ataupun banyak
2. segera periksakan diri untuk memastikan apakah itu kusta atau bukan
3. segera periksakan diri dan obati secara teratur sesuai yang dianjurkan agar tertangani lebih awal
Nah, Sobat Hamim semoga dengan membangun kesadaran sejak awal tentang gejala awal inilah yang bisa mencegah terjadinya disabilitas karena kusta. Maka penting adanya edukasi untuk masyarakat dari kalangan manapun.
Tak hanya pihak NLR yang merupakan organisasi yang fokus menggabungkan isu kusta dengan pendekatan zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Melainkan perlu kerjasama dari semua pihak. Khususnya dalam menghapuskan stigma negatif tentang kusta ini di masyarakat.
Belajar dari pengalaman penyintas kusta yang berhasil
Belajar dari penyintas yakni pak Dulamin selaku ketua kelompok perawatan diri (KPD) kec Astanajapura Cirebon. Pak Dulamin yang merupakan penyintas kusta menyampaikan bahwa " Teman teman kami banyak manfaatnya jika melakukan perawatan diri, luka itu bersih dan tidak jorok. Keliatan cacatnya tapi lukanya bersih "
Caranya adalah dibersihkan, direndam dengan air selama dua puluh menit lalu diangkat digosok dengan batu apung. Sehingga kulit yang tebal jadi menipis bahkan yang kasar juga bisa halus.
Menarik sekali, Pak Dulamin mengutarakan bahwa KPD di daerah Cirebon belum ada di kecamatan lain baru ada di kec Astanajapura ini. Beliau berharap adanya KPD di daerah lain. Sehingga masyarakat bisa merawat dirinya hal ini bisa mencegah terjadinya disabilitas.
Rupanya, di KPD Kec Astanajapura ini terdiri dari puluhan orang yang berlatar belakang PMK (orang pernah mengalami kusta). Kegiatannya adalah diajarkan melakukan KPD, mendapatkan lembar kartu untuk mengetahui progres perawatannya di pertemuan setiap bulan sekali.
Pria yang terkena kusta sejak usia 35 tahun ini ternyata baru tahu ada bercak di punggung. Hanya karena minimnya informasi terkait kusta membuat beliau jadi merasa terlambat dalam pengobatan.
Saat itu pada tahun 2008, beliau berobat di dokter umum dan dianggap bukan kusta. Namun karena semangatnya beliau akhirnya periksa lagi ke puskesmas dan baru diketahui bahwa terkena kusta. belajar dari pengalaman pak Amin, beliau menuturkan untuk tidak membangun stigma negatif dari diri sendiri. Sebab hal tersebut membuat opini masyarakat juga.
Inilah alasan dari pak Dulamin tergabung dalam KPD adalah dalam rangka edukasi kepada masyarakat. Sebab beliau memberikan bukti kepada masyarakat tentang perjalanan beliau dalam mengalami kusta. Termasuk keberhasilan beliau saat melakukan pengobatan dan perawatan.
Rupanya hal tersebut membuat masyarakat lebih percaya dan terbuka kesadarannya. Sehingga lebih waspada bahkan mau melakukan perawatan.
Wah, salut sekali dengan Pak Dulamin yang menjelaskan dengan semangat yang luar biasa tentang perjuangannya melawan kusta ini. Terlebih dalam keaktifannya memberi edukasi.
Nah, Sobat Hamim kita pun bisa mengambil peran untuk cegah disabilitas karena kusta melalui edukasi ke orang-orang sekitar kita. Sehingga angka disabilitas karena kusta bisa menurun sebab orang-orang sudah teredukasi dengan baik terutama akan timbulnya indikasi gejala awal kusta.
Yuks kita bisa yuks!
Dengan adanya sosialisasi tentang pencegahan disabilitas akibat kusta dan pemahaman bahwa kusta bisa disembuhkan, semoga para penderita kusta tidak lagi merasa insecure untuk berobat dan berinteraksi dengan masyarakat
BalasHapusEdukasi semacam ini penting ya buat masyarakat. Semoga bisa viral. Susah lo jadi penderita kusta itu... Sudah sakit, harus minum obat tiap hari. Kadang harus diisolasi, dikucilkan lagi... Semoga Allah memberi mereka kekuatan dan kesembuhan yang paripurna...
BalasHapusYes, masyarakat masih membutuhkan sosialisasi tentang fakta penyakit kusta semacam ini. Aku pun jadi tahu lantaran membaca ulasan yang mengedukasi seperti ini. Semoga semakin banyak para penyintas yang teredukasi dan penderita semakin terminimalisir.
BalasHapusAcara seperti ini hatusnya juga bisa masuk acara tv ya mb, biar semakin lebar edukasi tentang kusta ini. Semakin tereduksi masyarakat kita maka semakin aware tentang kusta. Tidak lagi berstigma negatif dan bisa tertangani lebih awal agar kecenderungan disabilitas rendah bahkan tidak ada lagi.
BalasHapusSemoga dengan semakin gencarnya acara edukasi kusta seperti ini, bisa bikin orang makin aware dan tujuan adanya edukasi ini tercapai. Aamiin. Kasian juga klo yang nggak sadar sama gejalanya.
BalasHapusKesadaran masyarakat tentang kusta mungkin belum bagus ya mbak, makanya ada sosialisasi terus. Aku saja kurang paham ini sebelum baca tulisan mbak hamim.
BalasHapussemoga para penderita kusta berkurang dan diberi kesembuhan.
BalasHapusAlhamdulillah ya ada orang-orang seperti Pak Dulamin yang masih care dengan sesamanya dan ga pengen yang lain juga minim info seperti beliau, smangat berjuang kita semua dengan peran apapun yang kita bisa dalam upaya mencegah disabilitas karna kusta ini
BalasHapusThe overall look of your web site is magnificent, let alone the content Feel free to visit my website; 카지노사이트
BalasHapusThanks for a marvelous posting! I actually enjoyed reading 카지노사이트 it, you might be a great author.
BalasHapusI will be sure to bookmark your blog and will often come back at some point. I want to encourage yourself to continue your great posts, have a nice day! 카지노사이트
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus