Konten [Tampil]
Hai Sobat Hamim, semoga dalam kondisi sehat ya!
Kali ini aku mau mengulas 5 film inspiratif kehidupan nyata sekitar kita. Film ini berdurasi tak lebih dari 20 menit lho. Namun makna dari film-film garapan Ravacana Film ini sudah sering mendapatkan penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Bisalah kusebut bahwa karya mereka adalah film Indonesia terbaik dari banyak sisi.
Wow banget nih!
Sobat Hamim masih ingat kan dengan film pendek berjudul Tilik dengan pemeran utama Bu Tedjo? Nah, itu adalah salah satu karya dari Ravacana film ini. Pasalnya, tak hanya film Tilik yang diproduksi oleh sebuah kolektif yang terbentuk sejak 2015 ini.
Oke, tak berlama-lama lagi Sobat Hamim. Aku ingin memberikan 5 rekomendasi film yang sarat makna dan mengangkat tema kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Gak kalah epicnya dengan film Tilik.
Yuks deh!
Sekilas Tentang Ravacana Films
Rumah produksi asal Yogyakarta ini berdiri sejak tahun 2015. Ravacana Films lahir atas asas kolektif oleh beberapa orang yang memiliki visi yang sama untuk menggali potensi kolektif di bidang perfilman.
Dilansir dari laman online ravacana films.com, dituliskan bahwa Dalam proses pengkaryaan, Ravacana Films selalu melibatkan kawan-kawan yang memiliki ketertarikan di bidang film baik dari kalangan profesional maupun pemula. Hingga kini, Ravacana Films telah memproduksi lebih dari sepuluh karya audio visual yang meliputi film pendek, serial film, dan iklan.
Karya-karya Ravacana Films dapat diakses secara legal di pemutaran alternatif, festival, dan kanal youtube Ravacana Films. Uniknya Ravacana Films ini hanya digawangi oleh tujuh pemuda-pemudi lho! Wah ini namanya yang muda yang berkarya ya! Tak hanya memproduksi film, Ravacana juga memberikan edukasi seputar perfilman melalui media sosial mereka.
Yup! Dan ini dia lima film inspiratif kisah nyata di sekitar kita garapan team Ravacana Films.
Dilansir dari laman online ravacana films.com, dituliskan bahwa Dalam proses pengkaryaan, Ravacana Films selalu melibatkan kawan-kawan yang memiliki ketertarikan di bidang film baik dari kalangan profesional maupun pemula. Hingga kini, Ravacana Films telah memproduksi lebih dari sepuluh karya audio visual yang meliputi film pendek, serial film, dan iklan.
Karya-karya Ravacana Films dapat diakses secara legal di pemutaran alternatif, festival, dan kanal youtube Ravacana Films. Uniknya Ravacana Films ini hanya digawangi oleh tujuh pemuda-pemudi lho! Wah ini namanya yang muda yang berkarya ya! Tak hanya memproduksi film, Ravacana juga memberikan edukasi seputar perfilman melalui media sosial mereka.
Yup! Dan ini dia lima film inspiratif kisah nyata di sekitar kita garapan team Ravacana Films.
5 Film Inspiratif Kehidupan Nyata Sekitar Kita,Wajib Nonton!
Yuhui, perlu Sobat Hamim ketahui sebenarnya ada banyak film yang telah aku tonton. Namun, dari sekian film tersebut yang pengambilan gambar dan realitas kehidupan nyatanya sangatlah minim. Padahal aku berharap ada sederet karya film Indonesia terbaik versi aku!
Dan taraaa, garapan dari ravacana films ini yang menurutku paling natural. Suasana, pengambilan gambar, make up, bahkan karakter artis saat akting menjiwai. Seolah-olah dia adalah apa yang mereka perankan itu. Serius aku takjub dan salut!
Oke Sobat Hamim, dari puluhan film yang sudah mereka produksi.
Dan taraaa, garapan dari ravacana films ini yang menurutku paling natural. Suasana, pengambilan gambar, make up, bahkan karakter artis saat akting menjiwai. Seolah-olah dia adalah apa yang mereka perankan itu. Serius aku takjub dan salut!
Oke Sobat Hamim, dari puluhan film yang sudah mereka produksi.
Pertama, singsot
Tahukah Sobat Hamim, apakah makna dari singsot? Yup! Singsot berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bersiul. Film yang mengangkat mitos di sekitar masyarakat ini mengingatkanku pada wejangan para sesepuh dulu semasa di desa.
Bersiul itu menjadi suatu perbuatan yang kurang bagus. Apalagi jika dilakukan pada malam hari. Namun faktanya, bersiul itu memang menyenangkan tak hanya untuk menyahuti burung berkicau. Akan tetapi juga sarana bersenandung.Film yang didapuk sebagai film terbaik fiagra film horor festival tahun 2016 ini memang nuansanya agak menyeramkan. Ditambah dengan latar tempat rumah khas di kampung yang masih kental dengan suara hewan malam menjadikan film ini agak bikin merinding.
Menyuguhkan film bergenre horor memang Singsot ini layak diacungi jempol. Suasana menyeramkan dan kejadian horor ketika bersiul pada malam hari ini seakan nyata namun ternyata hanya mimpi si Pulung. Pulung adalah tokoh utama dari film Singsot ini.
Pesan moralnya sih, di akhir cerita terkait adanya mitos bersiul itu ternyata hanya kebohongan yang dilakukan oleh si nenek Pulung. Epiknya, di akhir kisah ternyata si rumah kakek yang di dalamnya terdapat burung dengan kicauan indah memang sudah menjadi incaran maling.
Ya, begitulah film durasi 14 menit ini. Menontonnya membuatku nostalgia saat berada di kampung. Termasuk peran si kakek dan nenek yang membuatku jadi mengingat nostalgia masa kecil bersama nenek dan kakekku. Kenangan masa kecil yang jauh lebih realistis dibanding sinetron yang kadang hanya menyuguhkan keluarga kelas atas.
Tak hanya itu, shot yang hanya dilakukan sekali ini berlatar jalan dan sepulang sekolah. Kisahnya seputar percakapan empat anak dan tukang becak menggunakan percakapan Bahasa Jawa.
Nah, epicnya film ini ada percakapan antara empat anak laki-laki dan tukang becak. Mulai dari mereka membahas banyak hal, mulai tentang PR, anak baru, hingga rencana bermain PS di malam hari. Jika kita menyimak dengan seksama, setiap anak bisa menggambarkan bagaimana pola asuh orang tua mereka ketika di rumah.
Sebut saja salah satu pemeran yakni Git, ia tipikal anak yang rajin. Saat ada pekerjaan rumah (PR), dia selalu mengerjakan. Dia selalu jadi ladang contekan teman lainnya. Sesampai di rumah Git, kita disuguhkan bagaimana sikap dan tingkah laku Git dengan ibunya.
Berbeda, saat di akhir film. Kita akan dikagetkan dengan dua anak laki-laki yang turun di depan rumah yang sama namun ternyata di dalam rumah terdengar bahwa ibu mereka berbeda. Nah lho, epic banget kan ya! Harus nonton dan menikmati sajian singkat yang penuh makna ini.
Pokoke natural deh! Layaklah jika kupilih film ini sebagai salah satu film Indonesia terbaik versi aku. Sebab, aku belajar dari film Anak Lanang ini terkait sisi parenting. Meski tersirat sekilas namun jika menyimak percakapan bagaimana keempat bocah SD itu, maka kita bisa membuat kesimpulan bahwa situasi di rumah juga berpengaruh pada karakter yang tumbuh dalam diri anak.
Sarat makna deh pokoknya!
Film yang diluncurkan di channel youtube Ravacana Films tahun 2020 ini memang menguras perhatian. Pasalnya, film Tilik sendiri merupakan pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018. Layaklah jika kemunculannya bikin gempar.
Apalagi pemeran Bu Tejo yang related banget karakternya dengan keseharian sebagian ibu-ibu pada umumnya. Ah, meski sejatinya ada juga sisi positifnya hehehe
Tapi menurut kacamataku ya Sobat Hamim, film ini mengandung banyak sindiran di keseharian kita. Khususnya interaksi kita dengan gawai. Tak hanya itu, tradisi yang diangkat dalam film Tilik ini memang benar adanya.
Tilik yang merupakan Bahasa Jawa memiliki arti mengunjungi. Biasanya istilah tilik ini digunakan untuk menjenguk orang yang baru lahiran ataupun yang sedang sakit. Dan persis, rombongan para ibu-ibu ini menggunakan transportasi bersama semacam truck, lyn, dan kendaraan yang bisa memuat orang banyak.
Kalau Sobat Hamim menonton film yang diproduseri oleh Elena Rosmeisara ini, maka dialog dari para pemeran itu merupakan fakta yang sering terjadi di masyarakat kita. Gak percaya? Sesekali tinggallah di area perkampungan dan nikmati sensasinya hwkakaa.
Tahukah Tuhan Kecil ini apa? Orang-orang di sekitar kita yang suka ngejudge bahkan seolah-olah ikut mengatur takdir orang di sekitar mereka melalui tanggapan mereka terhadap kehidupan orang lain. Termasuk tanggapan pro dan kontra atas hubungan Cella dan Klawu ini.
By the way, Sobat Hamim tahukah peknggo itu kepanjangan dari Pek Tonggo (maksudnya ambil tetangga sendiri). Jadi, Balada Cinta Peknggo adalah kisah romantis dua pasangan yang tinggal bertetangga.
Nah, itu dia lima film inspiratif kehidupan nyata sekitar kita. Topik yang diangkat cukup related dengan aktivitas sehari-hari kita bukan? Emang kalau tidak menonton sendiri kurang greget deh, hayukslah boleh menonton hehehe
Menariknya, film-film pendek yang diproduksi sejak tahun 2015 tak lepas dari jangkauan netizen. Saat kubuka kolom komentar dari setiap film nyaris selalu ada yang memberikan tanggapan positif atas karya-karya rumah produksi asal Jogja ini.
Oke, buat aku sendiri nih Sobat Hamim terkesan pada film pendek garapan Ravacana film karena lima hal. Dan itu rasa-rasanya aku tak menemukan disajikan film yang ditampilkan di channel TV swasta yang hampir tiap hari jadi tempat tongkrongan masyarakat pada umumnya.
Kedua, anak lanang
Kabarnya, film pendek Anak Lanang ini dilakukan dalam satu kali shot kamera lho! Wah mantap ya! Hebatnya lagi, film yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo ini menorehkan prestasi tahun 2019 dalam Short Film Competition di Australia. Anak Lanang mendapatkan “Outstanding Achievement” di Indonesian Film Festival (IFF) Australia ke-14.
Wow, apa ya yang membuat film Anak Lanang sampai mendapatkan penghargaan internasional? Pasalnya, film yang berdurasi 14 menit 56 detik ini memang mengangkat banyak topik yang tersirat.
Wow, apa ya yang membuat film Anak Lanang sampai mendapatkan penghargaan internasional? Pasalnya, film yang berdurasi 14 menit 56 detik ini memang mengangkat banyak topik yang tersirat.
Ada beberapa selipan pesan sosial dalam film ini setidaknya mengenai hari ibu, pemanfaatan media sosial yang benar, dampak perceraian orang tua, dan isu poligami yang berkembang di sekitar masyarakat.
Tak hanya itu, shot yang hanya dilakukan sekali ini berlatar jalan dan sepulang sekolah. Kisahnya seputar percakapan empat anak dan tukang becak menggunakan percakapan Bahasa Jawa.
Nah, epicnya film ini ada percakapan antara empat anak laki-laki dan tukang becak. Mulai dari mereka membahas banyak hal, mulai tentang PR, anak baru, hingga rencana bermain PS di malam hari. Jika kita menyimak dengan seksama, setiap anak bisa menggambarkan bagaimana pola asuh orang tua mereka ketika di rumah.
Sebut saja salah satu pemeran yakni Git, ia tipikal anak yang rajin. Saat ada pekerjaan rumah (PR), dia selalu mengerjakan. Dia selalu jadi ladang contekan teman lainnya. Sesampai di rumah Git, kita disuguhkan bagaimana sikap dan tingkah laku Git dengan ibunya.
Berbeda, saat di akhir film. Kita akan dikagetkan dengan dua anak laki-laki yang turun di depan rumah yang sama namun ternyata di dalam rumah terdengar bahwa ibu mereka berbeda. Nah lho, epic banget kan ya! Harus nonton dan menikmati sajian singkat yang penuh makna ini.
Pokoke natural deh! Layaklah jika kupilih film ini sebagai salah satu film Indonesia terbaik versi aku. Sebab, aku belajar dari film Anak Lanang ini terkait sisi parenting. Meski tersirat sekilas namun jika menyimak percakapan bagaimana keempat bocah SD itu, maka kita bisa membuat kesimpulan bahwa situasi di rumah juga berpengaruh pada karakter yang tumbuh dalam diri anak.
Sarat makna deh pokoknya!
Ketiga, tilik
"Mangkane do duwe HP kui ora dinggo ngaya tok, neng dingo golek informasi ngono loh," Bu Tejo-Tilik.
Film yang diluncurkan di channel youtube Ravacana Films tahun 2020 ini memang menguras perhatian. Pasalnya, film Tilik sendiri merupakan pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018. Layaklah jika kemunculannya bikin gempar.
Apalagi pemeran Bu Tejo yang related banget karakternya dengan keseharian sebagian ibu-ibu pada umumnya. Ah, meski sejatinya ada juga sisi positifnya hehehe
Tapi menurut kacamataku ya Sobat Hamim, film ini mengandung banyak sindiran di keseharian kita. Khususnya interaksi kita dengan gawai. Tak hanya itu, tradisi yang diangkat dalam film Tilik ini memang benar adanya.
Tilik yang merupakan Bahasa Jawa memiliki arti mengunjungi. Biasanya istilah tilik ini digunakan untuk menjenguk orang yang baru lahiran ataupun yang sedang sakit. Dan persis, rombongan para ibu-ibu ini menggunakan transportasi bersama semacam truck, lyn, dan kendaraan yang bisa memuat orang banyak.
Kalau Sobat Hamim menonton film yang diproduseri oleh Elena Rosmeisara ini, maka dialog dari para pemeran itu merupakan fakta yang sering terjadi di masyarakat kita. Gak percaya? Sesekali tinggallah di area perkampungan dan nikmati sensasinya hwkakaa.
Keempat, setengah hari kurang sedikit
Ah, ini film termelow yang aku tonton. Sebab monolog yang dilakukan oleh pemeran tunggal di film ini. Agak penuh dengan diksi-diksi melow sih, jadi ketika menonton film yang menyabet penghargaan di ajang Gramedia Short Film Festival 2019 ini perlu diresapi sekali.
Setengah Hari Kurang Sedikit berkisah seorang perempuan yang bernama Gendis. Ia sedang membersihkan rumahnya sambil ditemani oleh tamu yang setiap hari datang, namun tetap ia nantikan. Ia banyak menemukan barang-barang pemberian para tamu tersebut hingga akhirnya mereka pulang, dan Gendis tetap berkawan dengan ketiadaan.
Setengah Hari Kurang Sedikit berkisah seorang perempuan yang bernama Gendis. Ia sedang membersihkan rumahnya sambil ditemani oleh tamu yang setiap hari datang, namun tetap ia nantikan. Ia banyak menemukan barang-barang pemberian para tamu tersebut hingga akhirnya mereka pulang, dan Gendis tetap berkawan dengan ketiadaan.
Lewat Gendis, kita akan memaknai masa lalu. Itulah yang aku tangkap dari film setengah hari kurang dikit ini. Dan aku terkesima dengan akhir film ini, bahwa apapun yang hadir dalam hidup kita pada akhirnya akan pergi juga.
Kelima, Balada Cinta Peknggo
Ah, emang unik sih!
Dikemas seperti reality show, penyajian film yang mengangkat kisah cinta Klawu dan Cella ini nyaris tak menyerupai cerita fiksi. Sebab adegan serta dialog yang natural pemain membuat kita ikutan merasakan keberadaan nyata film ini.
Dari film Balada Cinta Peknggo ini kita belajar bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu dapat penilaian dari masyarakat. Apalagi jika itu berkaitan dengan soal tambatan hati. Kesan yang hadir dalam masyarakat umum itu, orang ganteng ya pasangannya harusnya cantik.
Nah, di film Balada Cinta Peknggo ini kita menemukan fenomena yang kontradiksi dengan keumuman menurut masyarakat ini. Ravacana Films melalui "Balada Cinta Peknggo" mengajak kita melihat salah satu bentuk jelmaan "tuhan kecil" yang mungkin juga pernah kita temui di kehidupan kita.
Dikemas seperti reality show, penyajian film yang mengangkat kisah cinta Klawu dan Cella ini nyaris tak menyerupai cerita fiksi. Sebab adegan serta dialog yang natural pemain membuat kita ikutan merasakan keberadaan nyata film ini.
Dari film Balada Cinta Peknggo ini kita belajar bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu dapat penilaian dari masyarakat. Apalagi jika itu berkaitan dengan soal tambatan hati. Kesan yang hadir dalam masyarakat umum itu, orang ganteng ya pasangannya harusnya cantik.
Nah, di film Balada Cinta Peknggo ini kita menemukan fenomena yang kontradiksi dengan keumuman menurut masyarakat ini. Ravacana Films melalui "Balada Cinta Peknggo" mengajak kita melihat salah satu bentuk jelmaan "tuhan kecil" yang mungkin juga pernah kita temui di kehidupan kita.
Film berdurasi 14 menit ini berhasil mengemas sebuah fenomena sosial yang cukup rumit dalam sebuah gaya mokumentari yang menyenangkan untuk diikuti.
Tahukah Tuhan Kecil ini apa? Orang-orang di sekitar kita yang suka ngejudge bahkan seolah-olah ikut mengatur takdir orang di sekitar mereka melalui tanggapan mereka terhadap kehidupan orang lain. Termasuk tanggapan pro dan kontra atas hubungan Cella dan Klawu ini.
By the way, Sobat Hamim tahukah peknggo itu kepanjangan dari Pek Tonggo (maksudnya ambil tetangga sendiri). Jadi, Balada Cinta Peknggo adalah kisah romantis dua pasangan yang tinggal bertetangga.
Nah, itu dia lima film inspiratif kehidupan nyata sekitar kita. Topik yang diangkat cukup related dengan aktivitas sehari-hari kita bukan? Emang kalau tidak menonton sendiri kurang greget deh, hayukslah boleh menonton hehehe
Kesan Film Pendek Garapan Ravacana Films Menurut Hamimeha
Setelah boomingnya potongan film Tilik yang menggemparkan karena celetukan Bu Tejo setajam mulut netizen saat ini. Banyak orang berbondong-bondong untuk menyaksikan film Film versi lengkap di channel youtube Ravacana Films.Menariknya, film-film pendek yang diproduksi sejak tahun 2015 tak lepas dari jangkauan netizen. Saat kubuka kolom komentar dari setiap film nyaris selalu ada yang memberikan tanggapan positif atas karya-karya rumah produksi asal Jogja ini.
Oke, buat aku sendiri nih Sobat Hamim terkesan pada film pendek garapan Ravacana film karena lima hal. Dan itu rasa-rasanya aku tak menemukan disajikan film yang ditampilkan di channel TV swasta yang hampir tiap hari jadi tempat tongkrongan masyarakat pada umumnya.
Lima kesanku pada film garapan Ravacana Films
1. Topik film
Yup, seperti yang aku sampaikan bahwa topik yang diangkat adakah kehidupan sehari-hari tepatnya realitas masyarakat awam di perkampungan atau perkotaan yang mana seringkali kita tahu.
Terlihat ringan namun saat di highlight menjadi film pendek, sebuah tema bab jatuh cinta dengan tetangga saja bisa diangkat menjadi film yang apik. Sejatinya film itu seperti cerita fiksi, sebagian adegannya adalah gambaran dunia nyata.
Aku rasa inilah yang membuat aku jatuh cinta dengan film indi yang lebih cocok untuk dinikmati. Berkelas gitu!
2. Sinematografi
Sejujurnya, aku bukan orang yang paham dunia perfilman. Namun jika aku bisa merasakan seakan seperti setting di dunia nyatanya. Maka interpretasi yang ingin ditunjukkan telah sampai pada kami penontonnya.
Seperti film Anak Lanang dalam sekali shot bisa kerasa semua berjalan natural. Duduk di becak istilah Jawanya, "dusel-duselan" yang artinya saling berhimpit. Semua nuansa yang diciptakan mendukung makna yang ingin disampaikan cerita.
3. Pemain Peran
Melihat sederet penghargaan yang disabet oleh film garapan rumah produksi asal Yogyakarta ini. Aku rasa ini membuktikan bahwa mulai dari sutradara hingga pemainnya adalah orang berbakat.
Maaf ya Sobat Hamim, jika aku sandingkan dengan pemain sinetron sungguh tak sebanding. Sebagai mantan anak teater aku bisa merasakan bahwa mimik mereka saja bercerita lho!
Mantaplah, meski bukan artis papan atas tapi jiwa seni mereka sudah sangat terlihat!
4. Kearifan lokal
Poin yang paling membuat aku acungi jempol. Indonesia ini kaya akan budaya, adat istiadat, serta kekayaan alam yang luar biasa.
Namun entah kenapa, berbeda dengan drakor yang mampu menyuguhkan kepada dunia internasional bahkan pulau terpencil mereka. Nah, aku belum mendapati film Indonesia yang masuk ke channel TV ataupun movie yang mau mengangkat ini.
Ravacana Films mampu menghadirkan itu meski saat ini masih dalam bentuk film pendek. Nonton film dari Ravacana film ini bagi orang jogja atau pulau jawa pasti bikin kangen kampung halaman hahaha.
5. Penuh makna tersirat
Ah, bab makna tampaknya gak perlu dibahas panjang lebar ya. Film pendek ini kayak cerpen. Pengemasannya harus sepadat mungkin sehingga fokus ceritanya langsung pada pesan yang ingin disampaikan.
Nyaris semua film Ravacana films mampu menghadirkan berbagai makna yang terbungkus rapi, tak hanya dari dialog melainkan tingkah laku, latar, dan isyarat-isyarat sepanjang film diputar. Memang layak jika mendapat banyak pengharagaan dalam deretan film Indonesia terbaik di ajang-ajang bergengsi.
Yup, seperti yang aku sampaikan bahwa topik yang diangkat adakah kehidupan sehari-hari tepatnya realitas masyarakat awam di perkampungan atau perkotaan yang mana seringkali kita tahu.
Terlihat ringan namun saat di highlight menjadi film pendek, sebuah tema bab jatuh cinta dengan tetangga saja bisa diangkat menjadi film yang apik. Sejatinya film itu seperti cerita fiksi, sebagian adegannya adalah gambaran dunia nyata.
Aku rasa inilah yang membuat aku jatuh cinta dengan film indi yang lebih cocok untuk dinikmati. Berkelas gitu!
2. Sinematografi
Sejujurnya, aku bukan orang yang paham dunia perfilman. Namun jika aku bisa merasakan seakan seperti setting di dunia nyatanya. Maka interpretasi yang ingin ditunjukkan telah sampai pada kami penontonnya.
Seperti film Anak Lanang dalam sekali shot bisa kerasa semua berjalan natural. Duduk di becak istilah Jawanya, "dusel-duselan" yang artinya saling berhimpit. Semua nuansa yang diciptakan mendukung makna yang ingin disampaikan cerita.
3. Pemain Peran
Melihat sederet penghargaan yang disabet oleh film garapan rumah produksi asal Yogyakarta ini. Aku rasa ini membuktikan bahwa mulai dari sutradara hingga pemainnya adalah orang berbakat.
Maaf ya Sobat Hamim, jika aku sandingkan dengan pemain sinetron sungguh tak sebanding. Sebagai mantan anak teater aku bisa merasakan bahwa mimik mereka saja bercerita lho!
Mantaplah, meski bukan artis papan atas tapi jiwa seni mereka sudah sangat terlihat!
4. Kearifan lokal
Poin yang paling membuat aku acungi jempol. Indonesia ini kaya akan budaya, adat istiadat, serta kekayaan alam yang luar biasa.
Namun entah kenapa, berbeda dengan drakor yang mampu menyuguhkan kepada dunia internasional bahkan pulau terpencil mereka. Nah, aku belum mendapati film Indonesia yang masuk ke channel TV ataupun movie yang mau mengangkat ini.
Ravacana Films mampu menghadirkan itu meski saat ini masih dalam bentuk film pendek. Nonton film dari Ravacana film ini bagi orang jogja atau pulau jawa pasti bikin kangen kampung halaman hahaha.
5. Penuh makna tersirat
Ah, bab makna tampaknya gak perlu dibahas panjang lebar ya. Film pendek ini kayak cerpen. Pengemasannya harus sepadat mungkin sehingga fokus ceritanya langsung pada pesan yang ingin disampaikan.
Nyaris semua film Ravacana films mampu menghadirkan berbagai makna yang terbungkus rapi, tak hanya dari dialog melainkan tingkah laku, latar, dan isyarat-isyarat sepanjang film diputar. Memang layak jika mendapat banyak pengharagaan dalam deretan film Indonesia terbaik di ajang-ajang bergengsi.
Program Ravacana films juga ada yang membahas seputar film lho. Coba deh tengok akun media sosial mereka. Ini merupakan salah satu edukasi tentang literasi film ya hehe.
Wah, tak terasa ya Sobat Hamim. Pembahasan tentang film inspiratif kisah nyata sekitar kita ini ternyata banyak ya. Ini baru aku ulas dari satu rumah produksi lho!
Sobat Hamim bisa mencari deh di channel youtube kesayanganmu hwakakkaa. Tapi jangan sampai lupa waktu ya!
Wah, tak terasa ya Sobat Hamim. Pembahasan tentang film inspiratif kisah nyata sekitar kita ini ternyata banyak ya. Ini baru aku ulas dari satu rumah produksi lho!
Sobat Hamim bisa mencari deh di channel youtube kesayanganmu hwakakkaa. Tapi jangan sampai lupa waktu ya!
Wah makasih kak rekomendasinya, lumayan nih untuk mengisi waktu luang di weekend besok. Aku penasaran sama Singsot, tapi udah berasa ngeri kalau nonton sendiri
BalasHapusDari lima film di atas aku cuma pernah nonton Tilik karena waktu itu sempat viral kan. Keren sih, anti mainstream.
BalasHapusSemua review tentang film karha Ravacana Film ini berhasil membuat saya penasaran loh, Mbak. Pendapat Mbak Hamim buat saya tertarik untuk nonton juga, deh! Apalagi yang mengangkat kearifan lokal Jawa, jadi inget simbah hehehe
BalasHapusyg 4 dg 5 aku belum nonton. kuskip bacanya khawatir liat spoiler, wkwk. aku lebih suka nonton sendiri drpd diceritain
BalasHapusNah, film pendek urut 1 sampai 3 saya sudah tonton, Mbak. Pertama Tilik, karena lagi hebohnya soal Bu Tedjo hahaha. kedua bersiul, dan memang saya juga dilarang bersiul dalam rumah pada malam hari. Katanya memanggil setan. apalagi pas malam jumat hehehe. Ketiga, Anak Lanang. Walau alurnya satu waktu, tapi seru seputar obrolan anak laki-laki pulang sekolah naik becak. Endingnya saya suka. Ternyata ada dua anak yang turun bersamaan, dan mereka saudara tiri. Eh, sekarang namanya apa ya? Saudara sambung? hehehe
BalasHapusDari kelima film di atas, baru Tilik yang pernah kutonton. Bagus sekali, karena sangat related dengan kehidupan para emak. Jadi teringat dengan sosok Bu Tejo yang sangat menyebalkan, namun lucu banget.
BalasHapusInget jaman viralnya bu Tedjo tuh. Soalnya emang relate banget dengan masyarakat kita saat ini. Tapi selain lucu, pesan moralnya juga dapet. Penasaran sama Setengah Hari Kurang Sedikit, nonton ahh.
BalasHapusFilm-film pendek sekarang banyak yang bagus dan sarat pesan moral
BalasHapusAku udah nonton anak lanang dan tilik
Sepertinya harus nonton tiga film lainnya nih
Selalu suka deh menikmati film pendek yang mengangkat issue-issue sosial kayak gini, serasa dekat dengan keseharian kita
Tilik tuh jadi salah satu film pendek yang membukakan mata buatku nonton film-film pendek. banyak banget film pendek yang menarik buat ditonton dan memiliki pesan moral yang bagus. keren dehh
BalasHapus
BalasHapusAku gak pernah ngeh, tapi ternyata 2 film karya Ravacana udah pernah aku tonton.
Singsot ini rada2 horor. Pas nonton ngerasa keren juga dari keseharian
dan tema tentang mitos jawa bisa diangkat menjadi film.
Terus Tilik juga menarik. Aku nontom ini sebelum Singsot. Tokoh favoritku Bu Tejo♡
Aku jadi pengin nonton film karya mereka yang lainnya nih.
Bisa sekali shot, sudah menyuguhkan karya yang bermanfaat.
BalasHapusBagus nih Film Anak Lanang.
Coba ceki-ceki ah, seperti apa tayangannya
Tapi memang benar juga ya banyak banget daerah di Indonesia yang belum terekspos untuk dibuat film. Padahal kisah kearifan lokal sangat banyak untuk dieksplorasi. Kemarin juga sudah sempat nonton film Tilik. Menarik banget sudut pandangnya, sederhana tetapi mengena.
BalasHapusWah iya, banyak juga ya mbak film film yang sangat inspiratif
BalasHapusTak sekadar hiburan tapi juga bisa memberi hikmah
BalasHapusPenasaran banget sama film tilik. Apalagi tokoh bu Tejo yang sempat viral. Jadi makin penasaran. Hanya saja, belum menemukan waktu yang tepat untuk menonton ini
Sejak kemunculan film Tilik, jadi terbuka ya Kak pengetahuan kita soal film film pendek yang bisa ditonton di channel Youtube, dan ternyata banyak menyabet penghargaan di bidang perfilman ya. Salah satunya yang memang karyanya keren-keren ya Ravacana Film ini.
BalasHapusJudulnya aja semuanya bikin penasaran dan jujur saya malah baru tahu. Maklum kudet soal perfilman hehehe...
BalasHapusFilm pendek bermunculan seiring banyaknya sineas muda yang terus berkarya apapun kondisinya ya
tontonan kita sama ya mbak, aku juga sudah nonton semua tuh. paling suka sama yang judulnya anak lanang. Lucu tenan ceritanya.
BalasHapusAku sejak nonton Tilik yang plot twistnya kece banget, jadi selalu hi-expectation dengan film independent sejenis.
BalasHapusRasanya memang dari segi sinematografi belum ada apa-apanya dibandingkan film bioskop. Tapi setuju sekali dengan kelima point di atas. Bahwa dialog, masalah dan alurnya bener-bener relate sama kehidupan kita sehari-hari. Rasanya seperti dihadapkan pada kenyataan yang kita alami gitu yaah...
Boleh juga nih rekomendasinya. Dari film yang disebutkan di atas baru 'Tilik' yang sempat saya nonton, jadi mau kepoin film lainnya juga
BalasHapussemua film pendek ini sangat dekat dengan kehidupan sehari hari jadi akan lebih mudah diterima dan dicerna penonton Indonesia. Garapannya apik dengan pengambilan yang kece. Bravo deh!
BalasHapusWah iyaa 3 teratas aku dah nonton dan emang bagus2. gara2 film tilik jadi liat singsot sama anak lanang. kereeen emang idenya, sederhana tapi dalaam
BalasHapusBaru nonton tilik, jadi pengen nonton yg lainnya. Keren" sepertinya kalo ditonton sendiri
BalasHapusAku udah pernah nonton yang anak lanang, tapi baru tau kalau satu produksi dengan Tilik.
BalasHapusSetuju, aktingnya terlihat natural banget dan penonton bisa terbawa suasana yang diciptakan...
huaa kalo inget tilik masih suka ketawa2 deh.. soalnya aku juga pernah tinggal di jogja dan paham bangett ama kultur penduduk lokal :D apalagi akting bu tejo yg kerenn
BalasHapusPernah nonton Tilik dan menarik sih. Makasi untuk rekomendasinya ya, Kak, cuma kalau yang bergenre horor, aku menyerah deh. Gak kuat
BalasHapusiyaaa aku tau sampe jadi bahan obrolan yang film Tilik, karena emang ghibahan dan obrolan tonggo selalu berkelindan di kehidupan sehari-hari ya mba, ra isooo putusss wes lah
BalasHapusaku suka nonton film pendek yang berbasis kearifan lokal begini, jadi tahu budaya daerah lain juga. Eh iya, film Tilik ini sempat viral banget dulu yaa, aku juga nonton. Keren pesan moralnya.
BalasHapuswah aku baru tilik aja yang ditonton, jarang nemu dan nonton film pendek. kayaknya seru ya film-film ini.
BalasHapus
BalasHapusYang Tilik itu udah nonton dan beneran keren banget film pendek nya, relate sama dunia yang benar-benar terjadi