Konten [Tampil]
Fatimah,
Inspirasi namamu saja begitu indah.Sosok perempuan yang diriwayatkan menjadi perempuan pertama masuk surga.
Ah, kenapa kau begitu cepat menjauh dari hiruk pikuk dunia ini.
Sedangkan aku masih mencari.
Mencari bekal untuk kembali.
Ehm kenapa jadi melow ya. Tiap kali aku mengenangmu. Jelas sekali bagaimana kebersamaan singkat kita sangat berkesan. Tak hanya aku bahkan orang tuaku.
Oh ya,Sobat Hamim perlu tahu nih. Fatimah adalah kawanku semasa SMA. Kami dulu cukup dekat karena aku yang bandel ikut kajian muslimah di sekolah. Dan Fatimah, tentu sosok berkebalikan denganku. Namun suatu hari, dia mengikuti langkah bandelku untuk bolos kajian.
Dan sejak itulah kami saling dekat. Kedekatan kami yang singkat ternyata membuatku sampai di titik ini. Yakni ada pada titik kesadaran bahwa sebenarnya hidup adalah implementasi ibadah.
Ya, ruang dan waktu, setiap fikir dan gerak kita adalah bernilai ibadah.Ah, Fatimah apakah memang bekalmu sudah cukup sehingga cepat sekali kau kembali di sisi-Nya. Kepergianmu meninggalkan perih serta berjuta kenangan yang membuat kami rindu.
Untuk mengobati rinduku ini, ijinkan aku menulis sepucuk surat untuk sahabat ini untukmu. Meski kita sudah beda dunia.
Sepucuk Surat Untuk Sahabat, Fatimah
Dear Fatimah,Pertama-tama ku kirimkan Al Fatihah untukmu.
Semoga dengan semua amal kebaikanmu, dirimu mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Fatim,
Aku ingin sekali bercerita banyak denganmu.
Tentang perjalanan hijrahku.
Tentang liku petualanganku menemukan sebuah nikmat iman dalam setiap hembusan nafasku.
Jika saat ini kau masih ada di dunia ini.
Tentu kau adalah sahabat terhebat yang pernah aku punya. Meski kita beda usia bahkan lebih muda. Kenapa pemikiranmu begitu dewasa.
Penampilanmu yang sangat muslimah kadang membuatku iri. Kesantunanmu, kelembutanmu, dan semua yang ada pada dirimu sangat menawan. Ah, inikah kiranya alasan Sang Pemilik Nyawa menjagamu agar tidak dikotori kekacauan dunia fana ini.
Ah, bukankan takdir adalah rahasia ilahi. Semoga Allah mengampuniku atas "andai-andai" yang aku bayangkan.
Fatim,
Apakah kamu ingat satu geng kita yang tak bisa naik sepeda. Dia jadi perempuan hebat dengan segala karyanya. Kamu pasti bangga dengannya. Dia bisa merancang bangunan rumah yang islami. Sesuai cita-citanya, membangun peradaban islami melalui arsitektur bangunannya.
Ah, kalian begitu hebat.
Aku merasa, inilah cara Allah menghadirkan kalian dalam sepenggal memori kehidupanku. Semoga kelak di hari kebangkitan dan perhitungan. Kalian memanggilku ya.
Fatim,
Kau muslimah yang luar biasa.
Melalui waktu bersamamu membuatku mengenal islam lebih baik. Berbahagialah dengan amal jariyah yang telah kamu tulis.
Aku turut berbahagia pernah mengenalmu.
Terima kasih Fatim, setiap kenangan bersamamu adalah saat menyenangkan. Bukan karena nyaman tapi menambah nilai iman.
Ukhibukfillah.
Sosok Fatim Di Mataku
Fatimah adalah sosok muslimah yang aku kenal ketika berada di bangku SMA. Rumahnya agak jauh dari sekolah namun dia biasanya berbonceng dengan kakak perempuannya.Seingatku, dia memiliki banyak saudara. Dan secara penampilan, nyaris semua mirip dengan Fatim. Anggun. Sungguh cerminan tampilan seorang muslimah sejati. Begitu sempurna menutup auratnya.
Sebenarnya dia lebih muda satu tahun dariku, namun kami seangkatan. Sepertinya karena dia cerdas sehingga sekolah lebih awal. Padahal aku pikir, di teman sebayaku, akulah yang paling muda karena lahir di bulan menjelang pergantian tahun.
Meskipun berusia muda, wawasan Fatim sangat luas. Mandiri, tegas, ramah, dan tentu sholihah. Ah, dia memang layak disebut bidadari dunia versi aku.
Jika aku gambarkan bagaimana wajahnya. Maka aku bisa bilang bentuk wajah oval dengan dagu lancip serta hidung mancung. Ya, mirip dengan kartun muslimah berparas ayu. Begitulah Fatim. Jika tersenyum, sosok keibuan sangat terpancar dari wajahnya meneduhkan.
Siapa yang tak suka berbincang dengannya. Dia adalah gadis yang supel. Namun sangat menghargai perbedaan. Tak hanya sesama perempuan, banyak kawan lelaki kami yang juga segan padanya.
Satu lagi, berani. Di usianya yang bisa kupastikan belum 17 tahun. Ia pernah bercerita naik bis sendirian untuk pergi aksi palestina. Masya Allah. Masa dimana aku naik len saja tak berani.
Ah, Fatim begitu dirimu semasa hidup telah banyak menginspirasi aku. Aku berharap suatu hari nanti. Kita akan saling bersaksi bahwa kita pernah menjalin persahabatan. Meski singkat hingga kecelakaan maut di bulan Ramadan itu meregangkan nyawamu.
Kami sangat kehilanganmu. Teramat sangat hingga satu sekolah tak ada kehidupan beralih ke rumah dukamu. Bahkan hampir 20 tahum berselang, aku masih bisa mengingat dengab jelas kenangan saat kamu sholat di mushola rumahku.
Tiap kali aku pulang ke rumah. Aku selalu terkenang. Sungguh hari-hari bersamamu sungguh berkesan. Semoga ini adalah ladang kebaikan untukmu Fatim.
Aku merindukanmu Fatim.
Semoga kamu tenang di sana. Aamiin.
Ah. Aku mellow. Memiliki teman seperti almarhumah memang sebuah rizki. Dan aku pernah dengar. Katanya orang baik memang selalu cepat diminta pulang. Mungkin karena Tuhan teramat sayang.
BalasHapus