Konten [Tampil]
Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya. Maka pastilah bangsa itu akan musnah.
- Milan Kundera
Seorang penulis asal Republik Ceko ini sepertinya memiliki perenungan yang panjang ketika melahirkan quote menarik seputar pentingnya kebutuhan membaca.
Pandangan Eisner tersebut, senada dengan pandangan C. Luke dalam buku yang sama mengatakan “bahwa multiliterasi atau literasi di era digital saat ini merupakan kemampuan memandang pengetahuan secara integratif, tematik, multimodal, dan interdisipliner."
Nah, jadi jelas sekali bahwa menumbuhkan minat baca sehingga bisa membuat anak gemar membaca menjadi suatu hal yang krusial di era digital seperti saat ini. Meskipun demikian, aku berharap kepada para orang tua yang memiliki anak generasi Alpha untuk tetap bersemangat mengajak anak ke perpustakaan.
Berkunjung ke perpustakaan secara langsung bisa menjadi modal orang tua untuk membuat anak jadi suka berinteraksi dengan buku. Mari kita mengambil peran untuk membangun bangsa ini melalui anak-anak kita yang suka membaca.
Ayo ke perpustakaan!
Aku pribadi sepakat bahwa membaca menjadi langkah awal bagi manusia untuk memahami berbagai hal. Dengan kata lain, upaya untuk membuat anak gemar membaca khususnya di era digital ini menjadi suatu hal yang krusial.
Di era digital seperti sekarang, kita bisa memanfaatkan internet cepat di rumah masing-masing bukan? Hadirnya perpustakaan digital dengan berbagai macam koleksi buku digital lebih memudahkan kita untuk membangun minat baca anak. Alih-alih melarang anak bermain gadget dan internet bagaimana jika mengalihkan ke suatu hal yang lebih positif.
Aku membuktikan sendiri mengenalkan literasi digital sejak dini ke dua balitaku juga bisa melalui gadget dan internet. Dan pengalaman menggunakan gadget untuk membaca ternyata menyenangkan bagi mereka. Mau tahu caraku membuat anak generasi alpha gemar membaca ?
Yuks simak pengalaman lengkapnya di bawah ya Sobat Hamim!
Iyup!
Bagiku perpustakaan adalah tempat favorit, sebuah ruang dimana aku bisa membaca banyak buku tanpa mengeluarkan biaya. Kala itu, buku adalah barang mewah yang tak bisa aku beli sesuka hati. Sebagai anak dari orang tua yang perantau, membeli buku di luar buku pelajaran bukanlah prioritas.
Jadi, dimanakah aku bisa mendapatkan berbagai macam buku agar bisa aku baca tanpa mengeluarkan biaya? Ya, perpustakaan. Dan kegemaran membaca buku sudah ada sejak aku mulai bisa membaca.
Di era digital seperti sekarang, kita bisa memanfaatkan internet cepat di rumah masing-masing bukan? Hadirnya perpustakaan digital dengan berbagai macam koleksi buku digital lebih memudahkan kita untuk membangun minat baca anak. Alih-alih melarang anak bermain gadget dan internet bagaimana jika mengalihkan ke suatu hal yang lebih positif.
Aku membuktikan sendiri mengenalkan literasi digital sejak dini ke dua balitaku juga bisa melalui gadget dan internet. Dan pengalaman menggunakan gadget untuk membaca ternyata menyenangkan bagi mereka. Mau tahu caraku membuat anak generasi alpha gemar membaca ?
Yuks simak pengalaman lengkapnya di bawah ya Sobat Hamim!
Aku, Membaca, dan Perpustakaan
Oke Sobat Hamim! Sebelum aku mengupas bagaimana langkah-langkah membangun dan meningkatkan minat baca kepada anak, ijinkan aku bercerita tentang hobi membacaku dan perpustakaan. Kok ada perpustakaan?Iyup!
Bagiku perpustakaan adalah tempat favorit, sebuah ruang dimana aku bisa membaca banyak buku tanpa mengeluarkan biaya. Kala itu, buku adalah barang mewah yang tak bisa aku beli sesuka hati. Sebagai anak dari orang tua yang perantau, membeli buku di luar buku pelajaran bukanlah prioritas.
Jadi, dimanakah aku bisa mendapatkan berbagai macam buku agar bisa aku baca tanpa mengeluarkan biaya? Ya, perpustakaan. Dan kegemaran membaca buku sudah ada sejak aku mulai bisa membaca.
Oh ya, aku termasuk anak yang cukup terlambat bisa membaca. Aku ingat betul bisa membaca baru saat masuk sekolah dasar hahaa. Ketika itu aku tak melalui fase taman kanak-kanak Sobat Hamim. Jadi, ya begitulah aku masuk SD dengan kondisi masih buta huruf.
Aku bisa menulis namaku karena hafal dengan komposisi hurufnya. Ketika aku mulai belajar membaca, ada perasaan menyenangkan sehingga hampir semua tulisan aku baca. Termasuk kebiasaan berkunjung ke perpustakaan untuk melancarkan kemampuan membacaku.
Nah, itulah awal ceritaku suka membaca dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit bagiku. Bahkan di buku kenangan semasa sekolah, tempat yang aku pilih sebagai foto buku kenangan adalah perpustakaan hehehe. Ya, begitulah keterikatanku dengan ruang berisi buku-buku itu.
Namun kemudian teknologi semakin berkembang, banyak hadir pdf atau e-book serta berbagai akses informasi yang mudah didapatkan melalui internet. Apakah menjadikan rasa cintaku berkurang untuk ke perpustakaan?
Oh tentu tidak.
Semasa aku kerja yang kebetulan adalah instansi pendidikan dan memiliki perpustakaan sekolah. Ruang berukuran sekitar 50 meter persegi itu selalu menjadi tempatku singgah jika tidak ada jam mengajar. Yups, perpustakaan masih menjadi tempat favoritku bahkan ketika sudah dewasa.
Apakah Sobat Hamim punya pengalaman tentang perpustakaan?
Namun ada suatu hal yang perlu kita sadari bahwa teknologi belum bisa menggantikan arti sebuah kehadiran, sentuhan, dan suasana yang bisa kita rasakan ketika di kehidupan nyata. Aku pernah mengikuti sebuah webinar yang bertajuk virtual tour ke perpustakaan yang diselenggarakan oleh Read Aloud Surabaya di era pandemi tahun lalu.
Kesanku selama mengikuti acara tentu bahagia, sebab rasa rindu ke perpustakaan selama di rumah saja terobati. Aku mengapresiasi program dari komunitas atau pihak manapun yang sudah melakukan kegiatan membuat anak suka membaca buku termasuk kunjungan ke perpustakaan melalui zoom meeting.
Nah, namun bagiku yang suka membaca buku fisik tentu menjadi berbeda sensasi berkunjung ke perpustakaan langsung dengan mengikuti kunjungan melalui virtual. Seperti ada yang kurang, ibarat masakan seperti kurang garam dan gula agar lebih sedap dinikmati hehehe.
Akan tetapi, berbeda dengan anak digital native seperti putri sulungku. Dia tetap excited sebab aktivitas tersebut adalah pengalaman pertama baginya. Ditambah dengan susunan acara yang menarik, selain tour ke setiap ruangan di perpustakaan tersebut. Ada agenda read aloud dan mendongeng serta menyanyi bersama.
Jadi webinar virtual tour ke perpustakaan tetap menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak selama pandemi. Lalu, bagaimana caraku meningkatkan minat baca kepada duo balitaku selama ini?
Jika ditinjau dari segi psikologi, suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi habit bagi mereka. Artinya, saat anak sering diajak berkunjung ke tempat dimana mereka bisa berinteraksi dengan buku maka akan melahirkan minat baca bagi anak.
Akibatnya, anak menjadi gemar membaca karena aktivitas berkunjung tersebut, baik ke perpustakaan, toko buku, ataupun aktivitas digital seperti membuka aplikasi yang berisi koleksi buku-buku digital seperti di Ipunas, Lets Read, Literacy Cloud, dan lain sebagainya.
Satu langkah mengenalkan buku digital, aku lakukan dalam rangka membangun minat baca kedua balitaku sejak dini. Caraku menularkan motivasi membacaku kepada mereka. Aku tidak bisa mengasuh generasi Alpha yang merupakan generasi digital native dengan menjauhkan mereka dengan gadget dan internet.
Kami memanfaatkan jaringan internet cepat di rumah untuk berbagai hal, tak terkecuali dalam membersamai tumbuh kembang duo sholihah. Alih-alih membuat anak zero gadget, aku lebih cenderung menerapkan prinsip bijak gadget pada mereka.
Aku bersyukur dengan pilihan cerdas suamiku dengan memasang IndiHome di rumah pada tahun 2019 lalu. Sejak tiga tahun lalu akses internet di rumah nyaris tak pernah ada gangguan. Kami bisa melakukan berbagai aktivitas dengan dukungan internet cepat yang diberikan oleh salah satu produk layanan dari Telkom Group ini.
Menariknya, sejak diluncurkan secara resmi di tahun 2015, IndiHome merupakan salah satu program dari proyek utama Telkom, Indonesia Digital Network 2015. Seiring waktu IndiHome terus berinovasi untuk layanannya. Wah Sobat Hamim boleh mencoba juga ya!
Lalu bagaimana cara yang telah aku lakukan untuk meningkatkan minat baca anak sejak dini? Apa saja perangkat digital yang aku gunakan yang membangun interaksi mereka dengan buku? Yuks simak ulasanku selanjutnya ya!
Jadi kunci membangun dan meningkatkan minat baca pada anak adalah dimulai dengan keteladanan. Bagi anak usia dini, mereka belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar di lingkungan terdekatnya.
Aku bisa menulis namaku karena hafal dengan komposisi hurufnya. Ketika aku mulai belajar membaca, ada perasaan menyenangkan sehingga hampir semua tulisan aku baca. Termasuk kebiasaan berkunjung ke perpustakaan untuk melancarkan kemampuan membacaku.
Nah, itulah awal ceritaku suka membaca dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit bagiku. Bahkan di buku kenangan semasa sekolah, tempat yang aku pilih sebagai foto buku kenangan adalah perpustakaan hehehe. Ya, begitulah keterikatanku dengan ruang berisi buku-buku itu.
Namun kemudian teknologi semakin berkembang, banyak hadir pdf atau e-book serta berbagai akses informasi yang mudah didapatkan melalui internet. Apakah menjadikan rasa cintaku berkurang untuk ke perpustakaan?
Oh tentu tidak.
Semasa aku kerja yang kebetulan adalah instansi pendidikan dan memiliki perpustakaan sekolah. Ruang berukuran sekitar 50 meter persegi itu selalu menjadi tempatku singgah jika tidak ada jam mengajar. Yups, perpustakaan masih menjadi tempat favoritku bahkan ketika sudah dewasa.
Apakah Sobat Hamim punya pengalaman tentang perpustakaan?
Upayaku Meningkatkan Minat Baca
Aku menyadari jika di era digital seperti saat ini orang suka dengan hal yang bersifat praktis dan instan. Pergi ke perpustakaan bukanlah suatu hal yang prioritas dilakukan apalagi akses membaca buku bisa melalui aplikasi.Namun ada suatu hal yang perlu kita sadari bahwa teknologi belum bisa menggantikan arti sebuah kehadiran, sentuhan, dan suasana yang bisa kita rasakan ketika di kehidupan nyata. Aku pernah mengikuti sebuah webinar yang bertajuk virtual tour ke perpustakaan yang diselenggarakan oleh Read Aloud Surabaya di era pandemi tahun lalu.
Kesanku selama mengikuti acara tentu bahagia, sebab rasa rindu ke perpustakaan selama di rumah saja terobati. Aku mengapresiasi program dari komunitas atau pihak manapun yang sudah melakukan kegiatan membuat anak suka membaca buku termasuk kunjungan ke perpustakaan melalui zoom meeting.
Nah, namun bagiku yang suka membaca buku fisik tentu menjadi berbeda sensasi berkunjung ke perpustakaan langsung dengan mengikuti kunjungan melalui virtual. Seperti ada yang kurang, ibarat masakan seperti kurang garam dan gula agar lebih sedap dinikmati hehehe.
Akan tetapi, berbeda dengan anak digital native seperti putri sulungku. Dia tetap excited sebab aktivitas tersebut adalah pengalaman pertama baginya. Ditambah dengan susunan acara yang menarik, selain tour ke setiap ruangan di perpustakaan tersebut. Ada agenda read aloud dan mendongeng serta menyanyi bersama.
Jadi webinar virtual tour ke perpustakaan tetap menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak selama pandemi. Lalu, bagaimana caraku meningkatkan minat baca kepada duo balitaku selama ini?
Menularkan Motivasi Membaca kepada Anak di Era Digital
Seperti yang telah aku sampaikan di atas, kegemaranku pada membaca terbangun karena kebiasaan berkunjung ke perpustakaan. Dengan kata lain, berkunjung ke perpustakaan bisa menjadi salah satu cara efektif membangun minat baca sejak dini.Jika ditinjau dari segi psikologi, suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi habit bagi mereka. Artinya, saat anak sering diajak berkunjung ke tempat dimana mereka bisa berinteraksi dengan buku maka akan melahirkan minat baca bagi anak.
Akibatnya, anak menjadi gemar membaca karena aktivitas berkunjung tersebut, baik ke perpustakaan, toko buku, ataupun aktivitas digital seperti membuka aplikasi yang berisi koleksi buku-buku digital seperti di Ipunas, Lets Read, Literacy Cloud, dan lain sebagainya.
Satu langkah mengenalkan buku digital, aku lakukan dalam rangka membangun minat baca kedua balitaku sejak dini. Caraku menularkan motivasi membacaku kepada mereka. Aku tidak bisa mengasuh generasi Alpha yang merupakan generasi digital native dengan menjauhkan mereka dengan gadget dan internet.
Kami memanfaatkan jaringan internet cepat di rumah untuk berbagai hal, tak terkecuali dalam membersamai tumbuh kembang duo sholihah. Alih-alih membuat anak zero gadget, aku lebih cenderung menerapkan prinsip bijak gadget pada mereka.
Aku bersyukur dengan pilihan cerdas suamiku dengan memasang IndiHome di rumah pada tahun 2019 lalu. Sejak tiga tahun lalu akses internet di rumah nyaris tak pernah ada gangguan. Kami bisa melakukan berbagai aktivitas dengan dukungan internet cepat yang diberikan oleh salah satu produk layanan dari Telkom Group ini.
Menariknya, sejak diluncurkan secara resmi di tahun 2015, IndiHome merupakan salah satu program dari proyek utama Telkom, Indonesia Digital Network 2015. Seiring waktu IndiHome terus berinovasi untuk layanannya. Wah Sobat Hamim boleh mencoba juga ya!
Lalu bagaimana cara yang telah aku lakukan untuk meningkatkan minat baca anak sejak dini? Apa saja perangkat digital yang aku gunakan yang membangun interaksi mereka dengan buku? Yuks simak ulasanku selanjutnya ya!
Langkah Membuat Anak Gemar Membaca
Sejatinya anak itu ibarat spons. Kemampuan mereka menyerap sesuatu di usia emasnya sangatlah pesat. Artinya, apa yang mereka pelajari di fase golden age akan lebih mudah melekat dan bisa jadi akan terbawa hingga mereka dewasa kelak.Jadi kunci membangun dan meningkatkan minat baca pada anak adalah dimulai dengan keteladanan. Bagi anak usia dini, mereka belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar di lingkungan terdekatnya.
Jika anak sering melihat kedua orang tua mereka suka berinteraksi dengan buku maka kebiasaan gemar membaca pun akan menular kepada anak. Yups, ini langkah pertama.
Kedua, menghadirkan buku yang sesuai usia mereka
Jim Trelease, menuliskan dalam bukunya yang berjudul The Read Aloud Handbook menyebutkan manusia adalah makhluk yang berorientasi kesenangan. Karena itu, untuk menumbuhkan minat baca pada anak, kita perlu mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, terutama di tahun-tahun pertama.
Dan langkah menghadirkan buku-buku yang menarik sesuai usia mereka adalah satu cara menyenangkan yang efektif. Letakkan buku agar mudah dijangkau anak. Sekali lagi, poin satu tentang keteladanan akan ditiru oleh anak.
Saat anak melihat kita membaca maka bisa jadi anak juga akan meniru membaca buku mereka. Apalagi jika cerita dalam buku bisa menarik perhatian mereka. Langkah yang tak kalah penting adalah menciptakan kesan menyenangkan ketika membaca buku. Bagaimana caranya?
Yuks baca langkah ketiga.
Ketiga, membacakan nyaring
Yups, membacakan nyaring atau read loud sudah terbukti efektif lho untuk meningkatkan minat membaca bagi anak. Pada dasarnya anak usia dini belum bisa membaca, tentu butuh pembaca buku untuk membacakan kepada mereka.
Dan kesan akan membaca buku ini menjadi pengalaman yang berharga bagi anak untuk membentuk persepsi mereka seputar membaca. Apakah membaca buku itu memang menyenangkan atau membosankan? Hal ini akan mempengaruhi minat mereka terhadap membaca bukan?
Jadi, yuks ciptakan kesan yang menyenangkan untuk membuat anak jadi gemar membaca. Read aloud yuks!
Terakhir, ajak anak ke perpustakaan
Wah, langkah ini sudah aku paparkan sebelumnya ya Sobat Hamim. Aku memahami bahwa di era digital eksistensi perpustakaan semakin berkurang. Namun tahukah Sobat Hamim bahwa eksistensi perpustakaan akan tetap ada selama masyarakat juga terus menggunakan perpustakaan untuk akses informasi melalui buku koleksi mereka.
Sekaligus, menjalankan amanat dalam Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 2007 tentang tujuan perpustakaan yakni ;
Kedua, menghadirkan buku yang sesuai usia mereka
Jim Trelease, menuliskan dalam bukunya yang berjudul The Read Aloud Handbook menyebutkan manusia adalah makhluk yang berorientasi kesenangan. Karena itu, untuk menumbuhkan minat baca pada anak, kita perlu mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, terutama di tahun-tahun pertama.
Dan langkah menghadirkan buku-buku yang menarik sesuai usia mereka adalah satu cara menyenangkan yang efektif. Letakkan buku agar mudah dijangkau anak. Sekali lagi, poin satu tentang keteladanan akan ditiru oleh anak.
Saat anak melihat kita membaca maka bisa jadi anak juga akan meniru membaca buku mereka. Apalagi jika cerita dalam buku bisa menarik perhatian mereka. Langkah yang tak kalah penting adalah menciptakan kesan menyenangkan ketika membaca buku. Bagaimana caranya?
Yuks baca langkah ketiga.
Ketiga, membacakan nyaring
Yups, membacakan nyaring atau read loud sudah terbukti efektif lho untuk meningkatkan minat membaca bagi anak. Pada dasarnya anak usia dini belum bisa membaca, tentu butuh pembaca buku untuk membacakan kepada mereka.
Dan kesan akan membaca buku ini menjadi pengalaman yang berharga bagi anak untuk membentuk persepsi mereka seputar membaca. Apakah membaca buku itu memang menyenangkan atau membosankan? Hal ini akan mempengaruhi minat mereka terhadap membaca bukan?
Jadi, yuks ciptakan kesan yang menyenangkan untuk membuat anak jadi gemar membaca. Read aloud yuks!
Terakhir, ajak anak ke perpustakaan
Wah, langkah ini sudah aku paparkan sebelumnya ya Sobat Hamim. Aku memahami bahwa di era digital eksistensi perpustakaan semakin berkurang. Namun tahukah Sobat Hamim bahwa eksistensi perpustakaan akan tetap ada selama masyarakat juga terus menggunakan perpustakaan untuk akses informasi melalui buku koleksi mereka.
Sekaligus, menjalankan amanat dalam Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 2007 tentang tujuan perpustakaan yakni ;
Tujuan perpustakaan untuk memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Nah, jadi perpustakaan dan masyarakat memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Meskipun sekarang sudah mulai hadir berbagai program inovasi dari perpustakaan melalui Ipunas, perpustakaan keliling, sumbangan paket buku, dan pembentukan taman bacaan masyarakat (TBM), rumah baca dan pembentukan pusat belajar masyarakat.
Kita masih membutuhkan perpustakaan untuk membaca dengan suasana khas perpustakaan.
Yuhui, sekali lagi ruang digital masih belum bisa menggantikan kesan kehadiran. Jadi, salah satu langkah konkrit bagi proses belajar adalah mengajak anak ke perpustakaan langsung.
Yuhui, sekali lagi ruang digital masih belum bisa menggantikan kesan kehadiran. Jadi, salah satu langkah konkrit bagi proses belajar adalah mengajak anak ke perpustakaan langsung.
Seperti pengalaman kami di beberapa bulan lalu berkunjung ke perpustakaan umum kota tempat kami tinggal. Yuks ikuti keseruannya melalui ulasan di bawah ini!
Meskipun demikian semangat berkunjung ke perpustakaan masih kuat di kepalaku. Dan ketika kondisi kasus infeksi virus COVID-19 mulai mereda dengan diperbolehkannya masyarakat keluar rumah dengan protokol kesehatan ketat.
Aku mengajak duo sholihah berkunjung ke perpustakaan. Satu agenda yang sempat tertunda ini akhirnya aku eksekusi dengan bonus kunjungan ke alun-alun bawah tanah yang baru saja dibuka di Kota Pahlawan.
Wah, asyik banget deh!
Bagaimana reaksi anak-anak ketika berkunjung ke perpustakaan?
Yang jelas kesan mereka berkunjung ke perpustakaan adalah happy dan excited.
Kedua putriku terlihat kagum dengan jajaran buku yang begitu banyak di ruangan yang mungkin terlihat luas menurut pandangan mereka.
Ada ruangan khusus untuk area buku anak beserta suasana ruangan yang di-setting sedemikian rupa agar nyaman bagi anak. Ada rak-rak penyimpan tas, alas kaki, serta barisan komputer yang terletak di pojok ruang.
Anak-anak dengan jiwa rasa ingin tahu yang tinggi sangat bahagia bisa menemukan ruang yang bisa dieksplor seperti perpustakaan. Dan ini jelas menjadi kenangan menyenangkan sehingga bisa kita gunakan sebagai daya tarik anak mengulangi lagi berkunjung ke perpustakaan.
Dampak saat anak sudah terbiasa dengan perpustakaan maka secara tidak langsung mereka akan sering berinteraksi dengan buku. Ketika sering berinteraksi dengan buku akan menumbuhkan minat baca mereka.
Tuh kan, jadi begitulah keterkaitan antara minat baca dan perpustakaan. Jadi ayo kita semarakkan kembali berkunjung ke perpustakaan !
Aha, mungkin ada pertanyaan nih dari Sobat Hamim. "Membawa balita ke perpustakaan apa tidak ribet?" Oke, aku akan coba berbagi tips kepada kalian semua. Semoga bisa diterapkan ya.
Ada lima tips yang aku lakukan untuk pengkondisian sebelum melakukan kunjungan ke perpustakaan, yaitu:
1. Sounding seputar perpustakaan kepada anak-anak. Bisa dengan cara bercerita, memberikan deskripsi apa itu perpustakaan, dimana tempatnya, serta apa yang bisa kita lakukan di sana. Kuncinya memang komunikasi. Mengenalkan kepada mereka melalui cerita sebelum mereka melihat bentuk asli perpustakaannya.
2. Membacakan buku tentang perpustakaan.
Yups, kebetulan ada sebuah cerita di salah satu buku digital yang kami temui. Ada cerita tentang perpustakaan.Melalui cerita ini, aku mengenalkan perpustakaan kepada duo balitaku
Buat kesepakatan yang bersifat dua arah.Jadi, buatlah aturan yang melibatkan anak-anak selama perjalanan dan melakukan kunjungan ke perpustakaan. Sebaiknya bikin poin lugas agar anak mudah memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika di perpustakaan.
3. Beri kepercayaan dengan tetap mendampingi
Artinya, kita memberi ruang anak untuk eksplore di perpustakaan dengan batasan-batasan yang telah disepakati bersama.
Ingat, kita harus dalam kondisi terus melakukan pendampingan selama mereka di sana ya sobat Hamim. Bagaimanapun seorang anak balita belum memahami secara baik tentang aturan umum di perpustakaan. Jadi, penting untuk terus mengawasi mereka selama kunjungan ke perpustakaan.
4. Pastikan anak dalam kondisi sehat atau fit.
Pandemi membuat kita belajar dan aware dengan alarm dalam tubuh kita. Apalagi untuk anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih lemah.
Sebaiknya, tidak membawa anak keluar rumah jika memang ada tanda-tanda yang menunjukkan anak kurang sehat. Jangan sampai anak rewel karena kondisi tubuhnya yang sakit. Pasti momen berkunjungan ke perpustakaan akhirnya tidak memberi kesan menyenangkan bagi mereka.
Yups, jadi itulah tips yang aku lakukan kepada balitaku saat berkunjung ke perpustakaan umum kota Surabaya. Apakah Sobat Hamim memiliki pengalaman berkunjung ke perpustakaan di daerahmu?
"Kakak Asma kosa katanya banyak ya Bunda," tanya seorang teman kepadaku.
"Anaknya sudah bisa memahami instruksi dengan baik Bunda," tutur salah satu guru pengajar di sekolah putri sulungku.
Alhamdulillah, aku merasa ini adalah hasil dari gemar berinteraksi dengan buku yang dilakukan oleh putri sulungku selama ini. Meskipun belum bisa membaca huruf namun dia sering membaca buku-buku yang ia miliki.
Kok bisa ? Iya, karena cara membaca anak usia dini adalah lewat gambar atau ilustrasi dalam buku. Kebiasaan membacakan nyaring yang sering kami lakukan secara tidak langsung memberi efek pada kakak untuk memperkaya kosa katanya.
Dengan perbendaharaan kata yang banyak dan kebiasaan berdiskusi setelah membaca buku ternyata mengasah kemampuan bahasa dan kognitifnya. Hal ini jugalah yang membuat kami mudah membuat kesepakatan serta membangun komunikasi bersama si kakak–putri sulungku.
Inilah landasan membaca sebagai literasi dasar bagi manusia untuk menjalankan perannya di dunia ini. Kemampuan literasi sangatlah penting dalam menunjang kehidupan. Sebab hakikat proses belajar pada anak dalam memahami sesuatu adalah bertutur, membaca, dan menonton.
Ketika proses membaca ini dilewati dengan baik. Artinya literasi dasar untuk menambah pengetahuan literasi lainnya akan lebih mudah. Sebagaimana menurut Eisner dalam buku
Pembelajaran Literasi karya Yunus A, dkk (2017:04) mengatakan
Pengalaman Berkunjung ke Perpustakaan Umum Kota Surabaya
Rencana berkunjung ke perpustakaan sebenarnya sudah menjadi salah satu agenda yang ingin aku lakukan pasca resign dari kerja full time dulu. Qodarullah badai pandemi datang dan rencana pun batal.Meskipun demikian semangat berkunjung ke perpustakaan masih kuat di kepalaku. Dan ketika kondisi kasus infeksi virus COVID-19 mulai mereda dengan diperbolehkannya masyarakat keluar rumah dengan protokol kesehatan ketat.
Aku mengajak duo sholihah berkunjung ke perpustakaan. Satu agenda yang sempat tertunda ini akhirnya aku eksekusi dengan bonus kunjungan ke alun-alun bawah tanah yang baru saja dibuka di Kota Pahlawan.
Wah, asyik banget deh!
Bagaimana reaksi anak-anak ketika berkunjung ke perpustakaan?
Yang jelas kesan mereka berkunjung ke perpustakaan adalah happy dan excited.
Kedua putriku terlihat kagum dengan jajaran buku yang begitu banyak di ruangan yang mungkin terlihat luas menurut pandangan mereka.
Ada ruangan khusus untuk area buku anak beserta suasana ruangan yang di-setting sedemikian rupa agar nyaman bagi anak. Ada rak-rak penyimpan tas, alas kaki, serta barisan komputer yang terletak di pojok ruang.
Anak-anak dengan jiwa rasa ingin tahu yang tinggi sangat bahagia bisa menemukan ruang yang bisa dieksplor seperti perpustakaan. Dan ini jelas menjadi kenangan menyenangkan sehingga bisa kita gunakan sebagai daya tarik anak mengulangi lagi berkunjung ke perpustakaan.
Dampak saat anak sudah terbiasa dengan perpustakaan maka secara tidak langsung mereka akan sering berinteraksi dengan buku. Ketika sering berinteraksi dengan buku akan menumbuhkan minat baca mereka.
Tuh kan, jadi begitulah keterkaitan antara minat baca dan perpustakaan. Jadi ayo kita semarakkan kembali berkunjung ke perpustakaan !
Aha, mungkin ada pertanyaan nih dari Sobat Hamim. "Membawa balita ke perpustakaan apa tidak ribet?" Oke, aku akan coba berbagi tips kepada kalian semua. Semoga bisa diterapkan ya.
Tips Berkunjung ke Perpustakaan bersama Balita
Poin penting saat membawa anak bepergian adalah pengkondisian. Inilah yang aku lakukan kepada duo balitaku saat berkunjung ke perpustakaan.Ada lima tips yang aku lakukan untuk pengkondisian sebelum melakukan kunjungan ke perpustakaan, yaitu:
1. Sounding seputar perpustakaan kepada anak-anak. Bisa dengan cara bercerita, memberikan deskripsi apa itu perpustakaan, dimana tempatnya, serta apa yang bisa kita lakukan di sana. Kuncinya memang komunikasi. Mengenalkan kepada mereka melalui cerita sebelum mereka melihat bentuk asli perpustakaannya.
2. Membacakan buku tentang perpustakaan.
Yups, kebetulan ada sebuah cerita di salah satu buku digital yang kami temui. Ada cerita tentang perpustakaan.Melalui cerita ini, aku mengenalkan perpustakaan kepada duo balitaku
Buat kesepakatan yang bersifat dua arah.Jadi, buatlah aturan yang melibatkan anak-anak selama perjalanan dan melakukan kunjungan ke perpustakaan. Sebaiknya bikin poin lugas agar anak mudah memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika di perpustakaan.
3. Beri kepercayaan dengan tetap mendampingi
Artinya, kita memberi ruang anak untuk eksplore di perpustakaan dengan batasan-batasan yang telah disepakati bersama.
Ingat, kita harus dalam kondisi terus melakukan pendampingan selama mereka di sana ya sobat Hamim. Bagaimanapun seorang anak balita belum memahami secara baik tentang aturan umum di perpustakaan. Jadi, penting untuk terus mengawasi mereka selama kunjungan ke perpustakaan.
4. Pastikan anak dalam kondisi sehat atau fit.
Pandemi membuat kita belajar dan aware dengan alarm dalam tubuh kita. Apalagi untuk anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih lemah.
Sebaiknya, tidak membawa anak keluar rumah jika memang ada tanda-tanda yang menunjukkan anak kurang sehat. Jangan sampai anak rewel karena kondisi tubuhnya yang sakit. Pasti momen berkunjungan ke perpustakaan akhirnya tidak memberi kesan menyenangkan bagi mereka.
Yups, jadi itulah tips yang aku lakukan kepada balitaku saat berkunjung ke perpustakaan umum kota Surabaya. Apakah Sobat Hamim memiliki pengalaman berkunjung ke perpustakaan di daerahmu?
Pentingnya Membaca sebagai Literasi Dasar
"Kakak Asma kosa katanya banyak ya Bunda," tanya seorang teman kepadaku.
"Anaknya sudah bisa memahami instruksi dengan baik Bunda," tutur salah satu guru pengajar di sekolah putri sulungku.
Alhamdulillah, aku merasa ini adalah hasil dari gemar berinteraksi dengan buku yang dilakukan oleh putri sulungku selama ini. Meskipun belum bisa membaca huruf namun dia sering membaca buku-buku yang ia miliki.
Kok bisa ? Iya, karena cara membaca anak usia dini adalah lewat gambar atau ilustrasi dalam buku. Kebiasaan membacakan nyaring yang sering kami lakukan secara tidak langsung memberi efek pada kakak untuk memperkaya kosa katanya.
Dengan perbendaharaan kata yang banyak dan kebiasaan berdiskusi setelah membaca buku ternyata mengasah kemampuan bahasa dan kognitifnya. Hal ini jugalah yang membuat kami mudah membuat kesepakatan serta membangun komunikasi bersama si kakak–putri sulungku.
Inilah landasan membaca sebagai literasi dasar bagi manusia untuk menjalankan perannya di dunia ini. Kemampuan literasi sangatlah penting dalam menunjang kehidupan. Sebab hakikat proses belajar pada anak dalam memahami sesuatu adalah bertutur, membaca, dan menonton.
Ketika proses membaca ini dilewati dengan baik. Artinya literasi dasar untuk menambah pengetahuan literasi lainnya akan lebih mudah. Sebagaimana menurut Eisner dalam buku
Pembelajaran Literasi karya Yunus A, dkk (2017:04) mengatakan
“bahwa multiliterasi atau literasi di era digital ini saat ini merupakan kemampuan membaca, menulis, melukis, menari, ataupun kemampuan melakukan kontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi, Eisner berpendapat bahwa literasi dipandang sebagai cara untuk menemukan dan membuat makna dari berbagai bentuk representasi yang ada di sekitar kita”.
Pandangan Eisner tersebut, senada dengan pandangan C. Luke dalam buku yang sama mengatakan “bahwa multiliterasi atau literasi di era digital saat ini merupakan kemampuan memandang pengetahuan secara integratif, tematik, multimodal, dan interdisipliner."
Nah, jadi jelas sekali bahwa menumbuhkan minat baca sehingga bisa membuat anak gemar membaca menjadi suatu hal yang krusial di era digital seperti saat ini. Meskipun demikian, aku berharap kepada para orang tua yang memiliki anak generasi Alpha untuk tetap bersemangat mengajak anak ke perpustakaan.
Berkunjung ke perpustakaan secara langsung bisa menjadi modal orang tua untuk membuat anak jadi suka berinteraksi dengan buku. Mari kita mengambil peran untuk membangun bangsa ini melalui anak-anak kita yang suka membaca.
Ayo ke perpustakaan!
Perpus sekarang asyik banget kok ya fasilitasnya. Bikin anak bisa betah main dan belajar di sana
BalasHapusAku udah berapa tahun ya ngga ke puskot? Huhu padahal dulu hampir tiap hari. Apalagi kan sempet di tutup saat PPKM. Rasanya kangen pengen main ke sana lagi, apalagi ngajak anak-anak biar lebih minat membaca.
BalasHapusSaat sekolah, aku inget sering nongkrong di perpustakaan sambil baca buku. Biasanya baca novel. Karena memang benar. Membeli buku selain pelajaran emang nggak jadi prioritas. Hehehe
BalasHapusToss.aah amaaa.karena kebiasaan hotelnya samaa akan teoo9
HapusTempat ngadem paling asyik itu sebenarnya adalah perpustakaan. Tenggelam di lautan buku-buku yang selalu punya cerita dan pengetahuan baru.
BalasHapusBener banget, membiasakan membaca sejak dini akan memberi manfaat yang besar di masa depan. Ayo semangat membaca
Benar kak,
HapusKalau udah ke perpus terus baca, bikin betah.
Jadinya kalau mau ke perpus harus dimajukan jamnya biar gak terasa haha
Salah satu goalku adalah ke perpustakaan bareng bocil tapi karena sekarang masih kicik banget, jadi plesirnya ke toko buku aja dulu
BalasHapusAku dulu sering lho ngajak anak2 ke puskot. Ada yang khusus anak di lantai dasar. Eh karna pandemi jadi tutup sementara,
HapusSepakatt banget! Selalu merasa candu dengan aroma buku-buku yg ada di perpustakaan... Secanggih apapun transformasi digital tetep belum terasa 'feel'nya kalau belum pegang bukunya langsung.
BalasHapusSiap bun...hunting perpustakaan di Jakarta aah yang konon sekarang sudah bagus-bagus
BalasHapusTerkahir awal Juni kemarin kami ke perpustakaannya Singapore.
Anak2 sudah punya buku2 fav yg saat ini lagi berburu seri2nya. (Gusti yeni)
perpustakaan di Malang juga udah bagus2 banget dulu mah boro2 mau baca, mampir doang aja udah takut ngeri angker, skrg malah ada tempat bermainnya jg buat anak2
BalasHapusToss mbak..
BalasHapusAnak anakku juga senang banget diajak berkunjung ke perpustakaan
Favoritnya sih ke perpustakaan balai pemuda
Minggu kemarin aku juga sudah ada rencana mau ke perpus, eh ternyata repot. Semoga minggu depan enggak lupa deh, makasih mbak.. Aku serasa diingatkan...
BalasHapusJadi inget, dulu juga kayanya membaca tuh skill yang luar biasa sekali yaa..
BalasHapusKalau belajar baca pas TK rasanya stres. Alhamdulillah, Bapak rahimahullah sabar banget ngajarin aku.
Tapi minat baca anak zaman dulu, mashaAllah~
Dan kini tantangan untuk kita di generasi digital, membentuk anak yang gemar membaca.
Sekarang tantangannya luar biasa ya mba Len, karena anak2 generasi Z, alpha lebih dekat dengan dunia digital. Bacanya juga e-book hehe. Padahal aku sendiri lebih suka bau buku fisik.
HapusSama nih, aku juga sebenarnya lebih suka buku fisik. Kalau keluar rumah kudu bawa 1 buku apa aja. Bahkan jadi kebiasaan sampe sekarang kalau makan kudu sambil baca. Kebiasaan gak baik tapi hanya dilakukan di rumah atau kalau makan di luar ya pas keadaan santai. Jangan sampai pas di resepsi hehehe
HapusBuku memang sulit tergantikan dengan ebook, Mba Hamimeha. Ada sensasi tersendiri ketika membuka lembaran demi lembarannya. Mata pun lebih sehat dengan membaca buku.
BalasHapusSetuju kak, membaca buku fisik memang luar biasa rasa dan nuansanya
HapusSepakat Mbak, jika ingin anak senang membaca memang harus dicontohkan dulu dari orangtuanya ya. Saya juga sedang berusaha menggiatkan lagi semangat cinta buku pada anak-anak walau memang perlu usaha ekstra hehe. Btw, indihome memang semakin ok ya. Internet aman dan minim gangguan..
BalasHapusEra digital ini memang susah susah gampang membangkitkan minat membaca anak, saingannya banyak. Terima kasih untuk tips dan triknya Mbak.
BalasHapusPerpustakaan zaman sekarang udah kece badaaii, fasilitasnya banyak dan nyaman. Suasananya bikin betah lama-lama ngendon di perpus. Sejak punya anak, belum pernah lagi tapi saya muter-muter main di perpus. Huhu..
BalasHapusikuuuut, kemarinperpustakaan di sini masih dibatasi. mau ke sana lagi takut "kecelek" tapi memang ke perpustakaan ketemu banyak buku jadi healing tersendiri
BalasHapusIngin sekali berkunjung rutin ke perpustakaan tapi tapi
BalasHapusMenarik bangettt mba Hamim, aku blm pernah ke perpustakaan provinsi, jadi penasaran ihh <3
BalasHapusBerkunjung ke perpustakaan, perpus sekolah, perpus kota, perpus nasional itu merupakan pengalaman tersendiri yaaa mba. Aku pun ngajak anak-anak berkunjung ke perpus itu. Dan Alhamdulillah nya sampai sekarang mereka ketagihan
BalasHapusKemarin sempat melihat Perpus yang ada di Banjarmasin sini, Mbak. Nah...perpusnya bikin betah anak dan emak euy. Selain luas, dingin dan ada wahana bermain sekaligus jadi satu sama buku² anak. Gimana anak gak betah diajak kesana, aku sebagai ortu aja sangat betah kok apalagi anak²
BalasHapusBisa nih tipsnya dijadikan referensi biar anakku kelak jg punya antusiasme yg besar terhadap buku
BalasHapusSaya setiap berkunjung ke kota mana saja suka banget berkunjung ke perpustakaan kotanya, seru aja liatinnya, betah berlama-lama karena suka baca dan biasanya adem suasananya bisa fokus untuk belajar
BalasHapusperpustakaan di kotaku juga ramah anak, di lantai 1 dan 2 ada tempat khusus anak-anak balita untuk membaca sekaligus bermain...anak asyik dn dekat dengan buku,...
BalasHapusSejak pandemi, aku gak ke perpus lagi nih..
BalasHapusKabarnya kartu perpus masa kini sudah dilengkapi chip segala. Kudu ke perpus lagi biar bisa menikmati indahnya dikelilingi buku dan bisa nambah bacaan.
btw, di desaku g ada perpustakaan mbk. Dan kami blm pernah ke perpus kota lamongan. Malah ak udah ke perpus Malang sini :D
BalasHapusAku juga beberapa kali ngajak anak-anak ke perpustakaan daerah di kotaku, mbak. Mereka lebih tertarik main-main sih di sana tapi tetap semangat kalau diajak minjam buku
BalasHapusSaya itu dulu, anak perpustakaan, Mbak hehehe. Sejak SD, saya sudah jadi anggota perpustakaan Nasional di makassar. berhenti jadi anggota, karena saya merantau ke Jakarta. Nah, di Jakarta, saya cari lagi perpustakaan. Dan saya dapat Perpustakaan DKI Jakarta di daerah Kuningan. Lalu perpustakaan Jakarta Timur di daerah Jatinegara. Saya dapat lagi perpustakaan mendikbud di daerah Senayan. Sampai saat ini, perpustakaan salah satu tempat favorit saya hehehe.
BalasHapusSetuju banget! Meningkatkan minat baca pada anak memang perlu dilatihkan sejak dini, supaya anak senang dan gemar membaca. Sebelum pandemi, kami pun sering membawa anak-anak ke perpustakaan, untuk mencari buku dan membacanya di sana. Alhamdulillah, anak-anak senang. Terkadang waktu weekend tiba, mereka mengajak ke sana.
BalasHapusAlhamdulillah..
HapusDengan konsisten melatihkan anak-anak suka dengan buku, maka saat melihat buku timbul rasa penasaran dan akhirnya terpatik untuk membaca buku.
Kegiatan Read Aloud memang perlu makin disosialisasikan sih, Mbak. Terus ke perpustakaan juga. Masalahnya kalau sudah gandrung main gadget bakal agak malas baca bukunya.
BalasHapusYes, setuju nih. Mengajak anak2 berkunjung ke perpustakaan bisa menjadi salah satu cara efektif membangun minat baca sejak dini.
BalasHapusAku juga sering ngelakuinnnya mb
Jadi inget pas zaman sekolah sering banget nongkrong di Perpustakaan Kota. Lebih suka sendirian dan baca buku2 sejarah politik yang ada di ruangan khusus gitu, seneng aja. Tapi setelh jadi budak kapitalis, udah gapernah lagi huhuhuhu jadi kangen
BalasHapusAku paling suka baca buku fisik daripada online. Kalau anakku buku fisik atau lewat digital tidak masalah yang penting ada gambarnya. Maklum saja sih masih kecil. Semoga bisa ajak anak ke perpustakaan kalau pandemi benar-benar sudah kondusif karena mau ke perpus aku harus ke Jakarta. Huhu
BalasHapussalah satu tempat yang menyenangkan, apalagi kalau aku lagi nyari materi atau informasi yang berhubungan dengan tulisan. Sudah pasti betah duduk disini dan mencium aroma bukunya
BalasHapussejak SMP aku suka tuh melipir ke perpus buat baca dan pinjem-pinjem novel hehe, sampe akhirnya di Jakarta pun suka menyambangi Perpusnas sama yg di taman proklamasi, sayang udh tutup.
BalasHapusPerpustakaan Balai Pemuda ini memang bagus mbak
BalasHapusBuku anaknya banyak
Ruangannya juga nyaman
Bikin anak anak betah main disini
wah mba aku belum pernah nih ke perpus surabaya. kapan2 kudu ajak anak deh.. biar ada tempat main baru selain taman kota :D apalagi koleksi bukunya juga banyak ya
BalasHapuswaktu kecil bapakku ngajar di tiga tempat, SD, SMP dan SMA. Karena di rumah gak ada temannya, tiap kali Bapak ngajar aku ikut ke sekolah dan melahap habis buku-buku di perpustakaan. Seneng banget kaya ga ada beban, sekarang mau lama-lama di perpus ingat anak di rumah belum dimasakin hahaha
BalasHapusPerpustakaan sekarang mulai bagus bagus yaaa... jadi inget 2 bulan lalu dari perpustakaan singapore yg berada di mall orchard. Kereen banget instagramable dan bikin betah tempat ebacanya (gusti yeni)
BalasHapusDari SD aku suka ke perpus. Vibesnya tuh enak gitu tenang, merenung, sambil baca (kebanyakan teenlit sih jaman itu) wkwk. Makin ke sini kebanyakan baca digital, apalagi pas pandemi. Tapi vibes di toko buku, baunya, itu ngangenin sih. Akupun happy anak2 bs se happy itu juga ketemu buku ;)
BalasHapusKebiasaan ortu ngaruh bgt ke anak yak,aku kalau sering baca buku,anakku pasti ikutan. Sama, aku pegang hape ya dia main game di hape.
BalasHapusAnakku di sekolah masih jarangke perpus,tapi di ruang kelas ada buku2. Kalau aku, biar dia suka membaca ya kutanya buku apa yg dia suka, eh anaknya suka baca komik,ya aku beliin aja yg penting mau.membaca dulu.
Aku juga kalau bepergian sama bocah, buku selalu jadi item must have mbak. Jadi selama dalam perjalanan anak-anak nggak akan gabut. Mereka asyik dengan dunianya membaca buku.
BalasHapussekarang perpustakaan udah bagus-bagus ya, bukunya juga makin lengkap dan uptodate :) jadi gak cuma buat tempat baca buku aja, tapi bisa buat nongki-nongki cantik sama bestie hehe
BalasHapusiya banget yaa mba, perpusnas juga bisa jadi tempat nongki dan kopdar komunitas, selain berburu buku bisa jadi ajang sosialisasi juga
HapusWah, sekarang perpus semakin maju ya. Ada juga yang sudah digital.. Jadi pingin ngajak anak-anak ke perpustakaan kota lagi.. :)
BalasHapusdari kecil udah terbiasa baca majalah, bahkan dulu cuman belajar menggabungkan garis dari titik-titik dimajalah udah seneng. Terus baca bobo, majalah mentari, majalah anak-anak saat itu seneng banget, udah kayak bestie gitu
BalasHapussekarang banyak cara untuk meningkatkan minat baca bisa melalui online dengan buku digital, banyak pilihan dibanding cara manual kayak dulu
Ngomongin perpustakaan, jadi ingat anak pertamaku, Mbak. Kalau diajak ke suatu kota yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, selalu cari info di internet lokasi perpustakaan dan museum terdekat (dari hotel tempat kami menginap). Minat bacanya luar biasa. Sayang sekali, beberapa perpustakaan daerah tidak kid friendly... terlalu B interiornya...
BalasHapusWaktu sekolah, kuliah, sampai sekarang perpustakaan adalah tempat favorite saya. Bahkan dulu pernah dapat predikat Juara Pengunjung Perpustakaan waktu ulang tahun sekolah, wkwkwk.
BalasHapusDari sana pengen banget punya perpustaan mini di rumah, dan sudah mulai bisa terwujud, hihihi. Karena sudah mulai penuh dengan buku-buku, saya jadinya langganan perpustaan online saja sekarang
Itulah kenapa sepulang dari merantau sebagai TKW saya segera mengumpulkan buku dan bikin taman baca ala-ala. Yah meski minim tapi senang saat anak dan keponakan mulai mengenal buku. Mengajarkan mereka supaya punya minta baca buku ya dengan memfasilitasinya sejak dini ya
BalasHapusPerpustakaan Nasional di Jakarta juga udah dibikin nyaman banget, apalagi spot-spot tersedia yang instagramable, bisa untuk berfoto.
BalasHapusJadi rindu mengunjungi perpustakaan. Dulu saya sering sekali ke perpustakaan untuk mencari referensi...kini saat harus berpindah2 tempat tinggal karena ikut suami jadi jarang ke perpustakaan. Bagus banget tipsnya mbak..artinya dengan mengenalkan anak ke perpustakaan akan membuatnya gemar membaca ya.
BalasHapusWaaah jadi kangen ke perpustakaan. Aku penghuni setia perpustakaan jaman dulu. Sayangnya anak anak gak kenal perpustakaan seperti aku kenal perpustakaan. Mereka tidak suka baca seperti mamanya
BalasHapusSebetulnya aku sedikit kesulitan untuk tips membaca nyaring depan anak. Tapi coba lagi lah nanti. Biar minat baca pada anakku meningkat. Thanks for sharing kak.. 😊
BalasHapusDi Surabaya banyak perpustakaan yang ramah anak
BalasHapusSelain perpustakaan balai pemuda, ada juga perpus Menur, Rungkut dan Al Akbar
Pasti anak makin senang diajak ke perpustakaan
Kalo waktu SMP tuh tempat healing saya di perpustakaan wkwkwk di sana tuh bisa puas, tenang, berjam-jam baca komik, novel tanpa diganggu atau ditelpon2 suruh pulang soalnya ga pegang hape. sekarang mana bisa lama2.. anak2 udah jerit3 ajaa wkwkw
BalasHapusjadi teringat akupun mengajak anakku membaca sejak dia bayi banget deh mba.. lewat buku bantal, board book, dan jenis macam2 lainnya. sekarang udah terbiasa banget buka2 buku dan pakai buku digital juga
BalasHapusPerpustakaan unik banget, bikin betah kalau berada di sana (gusti yeni)
BalasHapusAku jadi ingat pengalaman mengunjungi perpustakaan Bandung.
BalasHapusDan ternyata tempatnya sangat sangat seru sehingga anak-anak gak keberatan kalau diajakin main ke perpus.
Jadi memang perpustakaan di wilayah perkotaan itu menurutku uda sesuai dengan kemajuan zaman dan kebutuhan warganya yang serba digital dan cepat.
Ahhh suka sekali dengan tulisanmu mbaaa yang mengajak anak2 mengenal buku dan mencintai dunia baca. Mau mengikuti jejakmu ah, aku ke perpustakaan kota jarang. Mayan jauh si tapi ak pernah jadi member dan rajin dulu sebelum nikah hehehe sekarang dah ikut suami jauh perpus kotanya dan kurang lengkap
BalasHapusAku belum pernah nih mbak ke perpustakaan kota. Padahal hampir tiap hari dilewatin pas antar jemlut anak. Harus diagendakan nih.
BalasHapusBookworm heaven ini mah.
BalasHapusApalagi bagi kuti buku dan introvert. Perpustakan itu ibarat surga yang tersembunyi gak sih. Suasana nya yang tenang dan sepi pasti bakal memberi kenyamanan
Setelah baca ini, aku baru sadar udah lama ga ke perpustakaan malah seringnya ke toko buku buat baca gratis. Kayanya sekarang ini kalo di kabupaten ku agak susah cari perpus:(
BalasHapusMenumbuhkan minat baca anak ada tahapannya sendiri ya.. Untuk berkunjung ke perpustakaan saya sendiri blm mencobanya nih karena adanya covid 2 tahun kmrin.. Tp smoga next bisa deh ngajak anak ke perpus biar minat anak pada buku makin tinggi..
BalasHapusGalfok sama kabel di dinding.. sama aja kek di rumahku, wkwk.
BalasHapusBtw, lucu ya denger anak yang seolah2 membaca buku.. padahal mereka cuma mengulangi apa yang biasa didengar pas dibacain ortunya atau hanya bermodalkan gambar di buku hehe.